Kencangkan Ikat Pinggang, Suprawoto Nge-Kos Tanpa Listrik
Suka duka dirasakan Suprawoto selama menempuh studi di Universitas Gajah Mada. Pasalnya, keterbatasan ekonomi membuat dirinya harus mengencangkan ikat pinggang agar tetap bisa kuliah dan bertahan hidup di Yogyakarta.
Bahkan, untuk menekan biaya hidup agar bisa menyelesaikan kuliahnya, Suprawoto bahkan memilih tinggal di rumah kos yang sangat sederhana dan tidak dialiri listrik.
“Jujur saja, saat kuliah, saya kos di Samirono yang tidak ada listriknya,” aku Bupati Magetan itu mengingat masa lalunya. Samirono merupakan daerah perkampungan yang terletak di sisi timur kampus UGM, dan tepat di depan Universitas Negeri Yogyakarta.
Untuk penerangannya, ia menggunakan lampu teplok yang berbahan bakar minyak tanah dan ditempel di dinding. Namun, cahaya redup dari lampu teplok itu tak cukup untuk penerangan saat membaca atau mengerjakan tugas kuliah.
Maka itu, saat belajar, Suprawoto harus mengungsi ke Asrama Mahasiswi Syantikara di Jalan Colombo, Yogyakarta.
“Di sana ada tempat belajarnya, seperti aula, ada mejanya. Hampir setiap malam saya belajar di situ, bawa makan. Untuk yang punya uang ya beli di kantin situ. Tapi saya bawa tepak makan sendiri, lauknya sambal kering dan tempe,” katanya sambil tertawa.
Di sana, Suprawoto tak sendiri. Ada banyak mahasiswa UGM yang belajar Asrama Mahasiswi tersebut.