Kue Leker Pak Maskan Lamongan, Pelanggannya Turun Temurun
Kue leker. Ini salah satu jajanan jadul (jaman dulu). Tidak mudah untuk mendapatkan jajanan ini. Jajanan ini sulit ditemukan di pedesaan. Biasanya, leker yang dijajakan dengan gerobak biasa ditemui di perkotaan. Tapi, pedagangnya tidak banyak.
Seperti halnya di Lamongan, Jawa Timur. Pantauan Ngopibareng.id ada satu penjual kue leker yang bisa ditemukan. Ia adalah Pak Maskan. Ia berjualan di atas gerobak agak reyot. Lokasinya di seberang jalan Alun-alun Lamongan.
Gerobok Pak Maskan ada di pojokan perempatan Jalan Lamongrejo-Ahmad Yani, diapit dua gedung tinggi, RS Citra Medika dan MUI Lamongan. Ia buka mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Kecuali hari Minggu atau ada acara di alun-alun, Pak Maskan jualan lebih pagi.
Pak Maskan memasak kue leker masih dengan cara tradisional. Adonan dibuat dari campuran telur, tepung terigu, dan gula. Adonan dituang di atas wajan kecil. Uniknya, ia masih mempertahankan proses memasak pakai arang. Wajan yang dipakainya dari bahan tanah liat.
Tangan Pak Maskan begitu cekatan. Adonan tepung dituangkan ke wajan dan dibentuk lingkaran. Begitu agak matang, potongan buah pisang ditaruh di atasnya. Kemudian ditaburi gula dan meses cokelat. Setelah itu, adonan dilipat dan siap disajikan.
Kue leker punya punggiran kering, bunyi kresss saat digigit. Sedangkan tengahnya agak lembek karena ada potongan pisang.
"Saya tetap bertahan dengan rasa pisang saja. Meskipun kue leker ada yang macam-macam rasa, kayak nanas atau stroberi. Pembeli suka yang rasa asli atau tradisional,. Ya rasa pisang ini," tutur Pak Maskan sambil tangannya terus bekerja menuangkan adonan leker ke wajan.
Ada satu lagi yang khas dari Kue Leker Pak Maskan ini. Untuk menambah aroma dan rasa legit yang beda, ia menambahkan beberapa butir cengkih. Tidak heran ketika sedang memanggang kue leker aromanya menyeruak hingga merangsang untuk buru-buru mencicipinya.
"Itu racikan warisan dari paklik (paman) saya. Resep ini saya warisi dan saya pertahankan sampai sekarang," ungkap pria 49 tahun ini.
Warga Desa Moropelang, Kecamatan Babat, Lamongan ini sebelumnya ikut berjualan keliling dengan pamannya di Surabaya sejak1997. Setelah mahir, Pak Maskan buka usaha sendiri di Lamongan mulai 2001.
Sarana dan lokasi berjualan Pak Maskan yang sederhana. Namun, dagangannya laris manis. Pembeli hilir mudik. Bahkan, mereka rela antre. Pembeli mulai anak-anak, orang dewasa hingga orang tua.
Kebanyakan pelanggannya juga turun temurun. Begitu masa kecil dikenalkan orang tuanya, sampai dewasa mereka akan tetap setia untuk membeli kue leker Pas Maskan ini. Selama berjualan, ia sangat ramah kepada pelanggannya. Tak jarang ia menawarkan pembeli anak-anak yang antre untuk mencicipi. Agar si anak betah menunggu giliarannya.
"Macam-macam yang beli, ada orang biasa sampai yang mobilan," ujarnya.
Setiap hari, Pak Masakan menghabiskan tepung untuk adonan kue leker sebanyak 5-6 kilogram dan 16 sisir buah pisang.
Pak Maskan juga tak pelit. Ia akan menambahkan kue leker yang gosong ke pembeli secara cuma-cuma. Tentunya ia akan menawarkan ke pembeli, mau atau tidak dikasih gratisan kue leker yang gosong.
"Ya, benar. Ada saja kok pak leker ini, kalau ada yang gosong itu ditambahkan atau disuruh makan dulu dan gratis," kata Nabila. Karyawan salah bank swasta asal Kecamatan Kalitengah ini mengaku sudah jadi pelanggan sejak masih duduk di bangku SMP.
Ifa, asal Desa Kramat, Kecamatan Lamongan juga mengaku menjadi pelanggan kue leker Pak Maskan sejak kali pertama mengenal kue leker sampai sekarang. "Rasanya khas, enak, manis dan legit. Apalagi kalau dimakan panas atau hangat-hangat," ujarnya.
Lewat berjualan kue leker ini kehidupan perekonomian Pak Maskan meningkat. Dia mampu membangun rumah sangat. Ia menempati bersama keluarga dan kedua adiknya. Sebagai informasi, sebutan leker untuk kue panggang itu berasal dari bahasa Belanda, yaitu lekker. Artinya enak. Usai memakan jajanan terucap kata leker, akhirnya kue ini dinamai leker.
Google Map Alun-alun Lamongan
Advertisement