Kudeta Militer Guinea, Berawal dari Presiden 3 Periode
Militer Guinea telah melancarkan kudeta terhadap pemerintah negara Afrika barat tersebut, pada Minggu 5 September 2021. Dikutip dari AFP, militer dalam pernyataan melalui siaran membubarkan Konstitusi Guinea. Mereka juga menangkap Presiden Guinea Alpha Conde dan langsung memberlakukan jam malam.
"Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video.
Petugas itu mengatakan perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah dibubarkan. Ada pula sebuah video yang menunjukkan Presiden Guinea, Alpha Conde, terduduk di sofa dan dikelilingi oleh pasukan. Dia duduk di sofa dan memakai kemeja abu-abu. Kondisinya tampak baik-baik saja, tetapi tidak mau bicara ketika diminta tentara agar bicara bahwa kondisinya sehat.
Kudeta 2008
Sebelum Presiden Alpha Conde berkuasa, kudeta juga terjadi di Guinea pada 2008. Kudeta dilakukan oleh Dewan Nasional Demokrasi dan Pembangunan yang dipimpin Moussa Dadis Camara. Dia lantas sempat menjadi target pembunuhan pada 2009 sebelum akhirnya Alpha Conde terpilih sebagai presiden di 2010.
Presiden Dipilih secara Demokratis Dikudeta
Alpha Conde merupakan mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Dia kemudian menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010 dan memenangkan pemilihan kembali pada 2015.
Alpha Conde selamat dari upaya pembunuhan pada tahun 2011. Namun belakangan, pria 85 tahun itu dituduh hanyut ke dalam otoritarianisme. Hal itu bermula dari pemilihan presiden terbaru di Guinea yang digelar pada Oktober 2020. Pemilu itu dianggap dinodai oleh kekerasan dan tuduhan kecurangan.
Alpha Conde, yang maju lagi dalam Pemilu 2020, memenangkan masa jabatan ketiga yang kontroversial.
Presiden 3 Periode
Periode ketiga Alpha Conde didapat setelah mendorong perubahan konstitusi pada Maret 2020 yang memungkinkan dia menghindari batas dua masa jabatan presiden di negara itu. Penantang utama Alpha Conde, Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya mencela pemilihan itu sebagai tipuan.
Pemerintah kemudian menindak tegas, menangkap beberapa anggota oposisi terkemuka atas dugaan peran mereka dalam bersekongkol dengan kekerasan pemilu di negara itu.
Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, kemudian muncul di televisi publik. Dia menganggap Alpha Conde salah urus dan membuat negara berpenduduk sekitar 13 juta orang yang kaya sumber daya mineral menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
"Ini tanggung jawab kami sebagai tentara untuk menyelamatkan negara," tegasnya.
Kecaman Internasional
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengutuk kudeta dalam cuitannya di Twitter dan menyerukan pembebasan Conde. Ketua Uni Afrika, Presiden DR Kongo Felix Tshisekedi, dan kepala badan eksekutifnya, mantan perdana menteri Chad Moussa Faki Mahamat, juga mengutuknya, menyerukan pembebasan segera Alpha Conde.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), melalui penjabat presidennya, pemimpin Ghana Nana Akufo-Addo, mengancam sanksi jika tatanan konstitusional Guinea tidak dipulihkan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menuntut penghormatan terhadap keadaan hukum, kepentingan perdamaian dan kesejahteraan rakyat Guinea.