Kudeta Militer di Myanmar, Begini Sikap Tegas Rusia
Lebih dari sepekan Pasca-Kudeta Militer di Myanmar menyita perhatian dunia. Kudeta dilakukan terhadap pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Myanmar, Aung San Suu Kyi, pergerakan massa di dalam negeri pun masih berlangsung.
Massa pendukung NLD, menuntut dibebaskannya Suu Kyi serta sejumlah petinggi NLD yang ditangkap oleh militer pada 1 Februari lalu.
Kudeta militer Myanmar juga mendapatkan tanggapan dari dunia internasional, tidak setidak yang mengutuk namun ada pula yang menilai situasi tersebut sebagai urusan dalam negeri Myanmar. Rusia misalnya, secara tegas menyebut tidak ikut campur pada urusan dalam negeri Myanmar, meski mengakui memiliki hubungan baik dengan negara itu.
“Sama sekali kami tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara berdaulat,” ungkap Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam pengarahan pers Rabu 10 Februari 2021 secara daring.
Vorobieve menambahkan, Rusia mendorong agar penyelesaian masalah di Myanmar dapat dilakukan melalui mekanisme dialog.
“Kami telah mencatat situasi di Myanmar dan Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan harapan bahwa semua masalah akan diselesaikan melalui tata cara dialog dan dalam kerangka mekanisme. Jadi, itu cukup menggambarkan posisi Rusia,” jelasnya.
Menurut Vorobieva, negaranya menyarankan jika dialog yang akan dilakukan oleh kedua pihak, lebih baik tidak melibatkan pihak asing.
“Kami menyerukan dialog inklusif untuk menyelesaikan semua masalah di dalam negeri tanpa tekanan atau campur tangan dari luar. Memang kami memiliki hubungan baik dengan Myanmar dan mudah-mudahan situasinya bisa diselesaikan dengan damai,” pungkasnya.
Para pendukung Suu Kyi dan NLD mengancam akan terus menggelar aksi demo, hingga tuntutan mereka agar dibebaskannya Suu Kyi dipenuhi oleh militer.
Para pendemo sebagian besar didominasi kaum muda yang telah memberikan suara mereka pada pemilu November 2020 lalu dan memenangkan NLD dengan perolehan 80 persen suara.