Kudeta Guinea Dipimpin Seorang Letkol
Pasukan khusus Guinea, sebuah negeri miskin di Afrika Barat, hari Minggu kemarin melakukan kudeta. Militer juga menangkap dan menyandera Presiden Guinea, Alpha Conde.
Istana Kepresidenan di Ibu Kota Conakry telah dikuasai militer. Menurut beberapa sumber, kudeta militer ini dipimpin mantan legiuner Prancis, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya.
"Kami telah memutuskan, setelah mengamankan presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu, dalam sebuah video yang dikirim ke AFP.
Perwira itu juga mengatakan bahwa perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah telah dibubarkan.
Dalam video lain yang juga dikirim ke AFP, tampak Presiden Alpha Conde yang kusut dan tak berdaya duduk di sofa, dikelilingi oleh pasukan militer. Conde menolak untuk menjawab pertanyaan dari seorang tentara tentang apakah dia dianiaya.
Guinea, salah satu negara termiskin di dunia meskipun memiliki sumber daya mineral yang signifikan, telah lama dilanda ketidakstabilan politik.
Hari Minggu kemarin penduduk distrik Kaloum di ibukota Conakry, kawasan pemerintah, melaporkan mendengar suara tembakan berat. Tetapi menurut penduduk lainnya, suara tembakan itu tidak berlangsung lama.
Seorang diplomat Barat di Conakry yang menolak disebutkan namanya menyatakan bahwa kerusuhan mungkin telah dimulai setelah pemecatan seorang komandan senior di pasukan khusus, yang memprovokasi beberapa anggotanya yang sangat terlatih untuk memberontak.
Kemudian, kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, muncul di televisi publik, mengenakan bendera nasional, dan menyebut "salah urus" pemerintah sebagai alasan di balik tindakannya.
"Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat," kata pemimpin kudeta itu.
"Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya," tambah Doumbouya.