'Kudeta dalam Kudeta', Presiden dan PM Mali Mengundurkan Diri
Presiden sementara dan perdana menteri Mali mengundurkan diri pada Rabu 26 Mei 2021, dua hari setelah ditangkap militer, menurut seorang pembantu wakil presiden.
Fatanya, ada kudeta militer yang didalangi Wakil Presiden Kolonel Assimi Goita. Atas tekangan itu, akhirnya Presiden dan PM Mali mengundurkan diri. Para diplomat di Eropa menyebut hal itu sebagai 'kudeta dalam kudeta'.
Faktanya, Presiden Bah Ndaw dan Perdana Menteri Moctar Ouane dibawa ke pangkalan militer di luar ibu kota pada Senin setelah perombakan Kabinet membuat dua perwira kehilangan jabatan mereka.
Intervensi yang dipimpin Wakil Presiden Assimi Goita telah membahayakan transisi Mali kembali ke demokrasi setelah kudeta pada Agustus menggulingkan mantan Presiden Ibrahim Boubacar Keita. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menambahkan suaranya ke dalam kecaman internasional di tengah kekhawatiran krisis politik di Bamako dapat memengaruhi keamanan regional.
Sang Kolonel Pengatur Kudeta
Assimi Goita, seorang kolonel, juga mengatur kudeta tahun lalu. Dia berjanji bahwa pemilu yang direncanakan tahun depan akan berjalan.
"Presiden dan perdana menterinya telah mengundurkan diri. Negosiasi sedang berlangsung untuk pembebasan mereka dan pembentukan pemerintahan baru," kata Baba Cisse, seorang ajudan Goita, dalam komentar yang dikirim oleh militer, seperti dikutip dari Reuters, Kamis 27 Mei 2021.
Dewan Keamanan PBB bertemu secara pribadi pada hari Rabu di Mali dan dalam sebuah pernyataan menyerukan pembebasan yang aman, segera dan tanpa syarat dari semua pejabat yang ditahan.
Kepempinan Transisi di Mali
Dewan beranggotakan 15 orang itu "menegaskan bahwa perubahan kepemimpinan transisi dengan kekerasan, termasuk melalui pengunduran diri secara paksa, tidak dapat diterima."
Goita telah membela tindakannya, dengan mengatakan presiden dan perdana menteri telah melanggar piagam transisi dengan tidak berkonsultasi dengannya tentang Kabinet baru.
Dia juga menuduh pemerintah salah menangani ketegangan sosial di Mali, termasuk pemogokan oleh serikat utama.
Kudeta dalam Kudeta
Prancis, Uni Eropa, dan Amerika Serikat mengancam akan menjatuhkan sanksi yang ditargetkan atas apa yang oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut sebagai "kudeta dalam kudeta".
Pada hari Rabu, Departemen Luar Negeri AS menangguhkan bantuan untuk pasukan keamanan dan pertahanan Mali, menyerukan pembebasan para tahanan dan dimulainya kembali transisi yang dipimpin sipil.
Cisse mengatakan kepada wartawan bahwa kedua pemimpin akan dibebaskan tetapi tidak segera, karena pertimbangan keamanan.
Pengunduran diri mereka bertepatan dengan kunjungan delegasi Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) untuk menekan militer agar mundur.