Kuda Renggong, Kearifan Lokal di Al Mizan
Kental bernuansa religius, Al Mizan Sufi Music Festival 2018 menyelipkan kejutan. Rasa segar dikuatkan kearifan lokal Kuda Renggong. Kehadiran Kuda Renggong sukses menghipnotis pengunjung.
Selalu ada experience baru yang diberikan Al Mizan Sufi Music Festival 2018. Venue-nya berada di Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
Rangkaian kekayaan nuansa religius disempurnakan budaya lokal, Kuda Renggong. Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan, inspirasi besar diberikan oleh Al Mizan Sufi Music Festival.
“Al Mizan Sufi Music Festival ini luar biasa. Di tengah padatnya agenda, masih memberikan ruang bagi budaya lokal tampil. Benar-benar sangat mengesankan dan mengispirasi,” ungkap Esthy.
Al Mizan Sufi Music Festival sejatinya identik dengan beragam atraksi yang bernuansa religi. Konsepnya Istighosah, Tausiah, Muhasabah Kebangsaan, Dzikir Budaya dan Kebangsaan, hingga Wayang Sufi.
Ada juga Kidung dan Tari Sufi, Ragam Seni Sufi Nusantara, hingga Karnaval Wisata dan Budaya Religi. Turut disajikan Festival Dongdang, Bedug Dulag, juga Konser Musik Sufi Tanah Liat.
Namun demikian, Al Mizan Sufi Music Festival tetap menghadirkan Kuda Renggong. Kuda ini dinaiki oleh dua anak kecil dengan diiringi musik khas. Pentas ini terbagi dalam dua sesi.
Pertama, Kuda Ibing dengan goyangan khasnya yang mengikuti ritme musik. Kedua, Kuda Pencak Silat. Sembari berjingkrak, kuda menggerakan kaki-kaki depannya yang direspon gerakan silat pawangnya.
“Kuda Renggong ini merupakan kekayaan lokal yang luar biasa. Dalam setiap aksinya, atraksi budaya ini selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dan, Kuda Renggong ini memang terkenal,” terang Esthy lagi.
Membuka catatannya, sejarah panjang dimiliki Kuda Renggong. Kata ‘Renggong’ berarti ‘rereongan gotong royong’. Menjadi mahir bergoyang, Kuda Renggong melewati tahapan latihan selama dua tahun. Proses adaptasi dan penguasaan gerakan dasar dilakukan 5 bulan. Selama itu, kuda hanya membiasakan diri dengan ketukan musik dan lingkungannya.
Setelah basic Kuda Renggong dikuasai, berikutnya diperkenalkan filosofi ‘saruas sabuku’. Artinya, kuda memiliki harmonisasi kelenturan kaki, gerakan tubuh, dan keseimbangan kepala. Keberhasilannya pun ditentukan kepiawaian sang pawang. Demi menunjang performa, asupan Kuda Renggong diberikan. Makanannya brupa rumput dan dedak.
“Al Mizan Sufi Music Festival mengajarkan banyak hal kepada publik. Festival ini sangat menghargai budaya dan lingkungannya. Sebab, untuk menghasilkan Kuda Renggong ini butuh waktu dan tenaga ekstra,” ujar Kepala Bidang Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan.
Berada di lingkungan Majalengka, tradisi Kuda Renggong berkembang mulai 1950-an. Seiring waktu, Kuda Renggong ini menjadi fenomena yang digemari semua lapisan masyarakat. Dan, daya tarik Kuda Renggong kembali terbukti di Al Mizan Sufi Music Festival. Pengunjung langsung merangsek begitu kesenian ini ditampilkan. Mereka juga sibuk merekam meoment melalui kamera handphone-nya.
“Kuda Renggong bisa masuk ke semua latar belakang. Jadi, bisa diterima oleh siapa saja. Kemasannya pun unik. Kuda Renggong memiliki asesoris perlengkapan yang banyak,” jelas Wawan lagi.
Sukses digelar meriah, apresiasi pun diberikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya. Figur yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok pun mengungkapkan, Al Mizan Sufi Music Festival dan Kuda Renggong menjadi formulasi terbaik.
“Al Mizan Sufi Music Festival ini sangat bagus. Konsep wisata religinya sangat kuat. Namun, festival ini tetap ramah kepada akar budaya lokal. Kombinasi-kombinasi seperti ini bagus. Selalu ada experience yang ditawarkan kepada wisatawan. Untuk itu, tetap datang ke Majalengka. Selain atraksi, aksesibilitas dan amenitas di Majalengka adalah terbaik. Kulinernya khas dan nikmat,” tutup Arief. (*)