Kucuran IMF Tertunda, Sri Lanka Krisis Bahan Bakar
Sri Lanka dilanda krisis bahan bakar. Negara yang diambang bangkrut itu mengalami kesulitan mengumpulkan uang senilai 587 juta dollar AS (Rp 8,7 triliun) untuk membayar sekitar enam pengiriman bahan bakar minyak (BBM). Sementara kucuran pinjaman dari lembaga keuangan dunia IMF, belum juga turun.
Krisis Bahan Bakar
Dilansir dari Reuters, Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera menjelaskan jika Sri Lanka tengah menghadapi krisis akut di mana mereka tidak mampu membayar impor bahan makanan, pupuk, obat-obatan, dan bahan bakar karena kehabisan devisa.
Wijesekera menuturkan, pengiriman bahan bakar baru sedang disiapkan. Tetapi, negara tersebut sedang berjuang untuk mengumpulkan dana yang cukup untuk membayar karena bank sentral hanya dapat memasok sekitar 125 juta dollar AS (Rp 1,9 triliun).
Sri Lanka hanya memiliki cadangan 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin yang tersisa, kata Wijesekera kepada wartawan di Kolombo. Diberitakan sebelumnya, Wijesekera bahkan mengatakan bahwa negaranya tinggal memiliki sisa bensin kurang dari satu hari, sebagaimana dilansir AFP, dikutip dari kompas.com, Senin 4 Juli 2022. 4.061 ton bensin di Sri Lanka merupakan kurang dari konsumsi dalam sehari di negara tersebut.
“Pekan ini kami membutuhkan 316 juta dollar AS (Rp 4,7 triliun) untuk membayar pengiriman baru. Jika kami menambahkan dua pengiriman minyak mentah, jumlah ini meningkat menjadi 587 juta dollar AS (Rp 8,7 triliun),” kata Wijesekera.
Pengiriman pertama 40.000 ton diesel dari Coral Energy diperkirakan akan tiba sekitar 9 Juli dan pembayaran sebagian sebesar 49 juta dollar AS harus dilakukan untuk pengiriman kedua dari Vitol pada Kamis, 7 Juli 2022.
Kucuran Dana IMF
Dihadapkan dengan stok solar dan bensin yang sangat terbatas, Sri Lanka pekan lalu menutup sekolah, meminta pegawai negeri untuk bekerja dari rumah, dan membatasi pasokan bahan bakar pemerintah untuk layanan penting.
Wijesekera mengatakan, negara harus berusaha untuk mengumpulkan dana dari pasar terbuka dan mencari opsi pembayaran yang lebih fleksibel dari pemasok. Dia menambahkan, rencana untuk menyelesaikan utang 800 juta dollar AS (Rp 11,9 triliun) kepada tujuh pemasok untuk pembelian yang dilakukan tahun ini sedang dibahas.
Pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) akan terus mengadakan pembicaraan dengan Sri Lanka untuk kemungkinan paket bailout senilai 3 miliar dollar AS. Namun, pelepasan dana dari IMF secepatnya tidak memungkinkan karena negara tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan utangnya ke jalur yang berkelanjutan.