KUBE: Bisnis Emak-Emak dan Cita-Cita Maju Para Ibu
Semboyannya adalah Roomo Maju. Datangnya dari para ibu. Jumlah mereka ada tujuh, semula. Belakangan jumlah tujuh itu mengecil tinggal empat. Empat pun tak jadi soal, tidak lantas patah arang menuju semboyan itu.
Mereka ini adalah Siti Atikah. Ibu Yudiana. Hajah Ja'alatul. Terakhir, Ibu Robiah. "Kepala Sukunya" Ibu Siti Atikah. Kalau di Desa Roomo, ibu satu itu cukup terkenal dengan panggilan Atikah.
Bertujuh, kemudian mengecil jadi berempat, para ibu perkasa itu membentuk KUBE. Singkatan dari Kelompok Usaha Bersama. Yang direncanakan dan disepakati menjadi sinergi bersama adalah makanan tempe.
Dikatakan Atikah, Ketua Kelompok KUBE, makanan tempe ini sudah sekian lama malang melintang di percaturan dunia makanan. Tapi sebagian besar, tempe tetap dijual mentah di pasar-pasar tradisional.
Paling banter hanya jadi tempe goreng, itu pun goreng basah, dan harus laku jual saat itu juga. Tak bisa menginap, jadi beresiko tinggi kalau tak laku. Kalau begini, rugi sudah pasti.
Gagasan pun mekar. Atikah yang sejak tahun 2002 berpengalaman berhadapan dengan tempe, berhasil merangkul sejumlah tetangga. Maka jadilah KUBE.
Sejak kelompok ini terbentuk pada Februari 2018, tempe tak lagi hanya dijual mentah di pasar. Beberapa sudah menjadi panganan olahan berupa keripik tempe. Dengan kemasan ciamik dan layak jadi suguhan tamu di kantor, hingga ditenteng buat oleh-oleh.
Atikah bercerita, di Gresik tak banyak "pemain" keripik tempe. Ini adalah peluang usaha. Siapa tahu dengan keripik tempe bisa ikut mengangkat pamor Desa Roomo.
"Selama ini Roomo hanya terkenal menjadi tempat berdirinya pabrik-pabrik besar, siapa tahu keripik tempe ini kelak menjadi sisi lain yang bisa dibanggakan oleh warga Roomo," kata Atikah.
Gayung rupanya bersambut. KUBE bertemu dengan PT Smelting. Lewat program CSR. Pertemuan itu pun berdampak positif. KUBE menjadi lebih percaya diri untuk berproduksi.
Semula, diakui Atikah dkk, KUBE yang sebelum bertemu PT Smelting belum memiliki nama yang solid seperti sekarang, hanya melakukan serangkaian tester berkepanjangan. Hanya sebatas coba-coba. Mengetes rasa. Sudah enak apa belum. Sudah gurih, renyah, terlalu tebal tepung, atau bagaimana, dll.
Menggunakan dana bergulir KUBE berjalan. Peralatan produksi siap. Salah satu yang penting adalah spiner. Penyedot minyak setelah keripik masuk wajan. Stimulan penting lainnya adalah serapan pemasaran.
KUBE mengakui, kendala terbesarnya adalah serapan produksi. Gresik memang tak banyak pemain keripik tempe, namun serbuan pasar dari luar wilayah ternyata juga gencar. Belum lagi produk pabrikan yang yang mengusai segala macam mart-mart di seantero Gresik.
Tapi KUBE juga tak mau kalah bertanding. Tetap ngotot dalam berproduksi. Juga melakukan serangkaian inovasi-inovasi. Kalau dilunya hanya puas dengan bentuk segitiga. Kini sudah menjajal bentuk yang bulat. Akan datang, kalau peralatan makin mumpuni, tak menutup kemungkinan ada keripik tempe dengan bentuk hati. (idi)