Kuatkan Konektivitas Udara Menper Road Show ke Lion Air
Beginilah cara Menpar Arief Yahya terus mendorong industri yang bergerak di bidang pariwisata terus terpacu. Mantan Dirut PT Telkom ini roadshow ke airlines, airports dan authority, air navigation, untuk mendapatkan kapasitas seats sepanjang tahun 2018.
Arief Yahya yang terpilih sebagai Marketeer of The Year 2013 oleh MarkPlus itu tahu persis, bahwa akses menjadi maha penting dan mendesak. Sehebat apapun berpromosi, tanpa disiapkan akses menuju Indonesia, hanya akan menjadi bottlenecking.
“Karena itu, syarat pengembangan destinasi 3A —Atraksi, Akses, Amenitas— itu harus pasti dulu. Nah, akses itu 75% wisman masuk ke Indonesia melalui jembatan udara, sisanya via penyeberangan dan crossborder. Saya harus pastikan aksesnya cukup, karena dengan target 17 juta masih ada kekurangan 1,1 juta seats capacity,” jelas Menpar Arief Yahya.
Konektivitas udara pun dikuatkan. Akses itu sendiri menyangkut 3A lagi. Airlines, Airports dan Authority, dalam hal ini Air Navigation dan Kemenhub. Dan Arief Yahya pun tak segan-segan keliling industri itu.
Targetnya menutup defisit 1,1 juta international flight seats tahun ini. Caranya? Fokus pada pasar utama pariwisata. Optimalisasi low season. Menyarankan dibukanya rute baru. Ada juga program stimulus atau insentif yang sudah disiapkan.
Opsi-opsi itu menjadi isu road show Menteri Pariwisata. Lions Air Group pun salah satu yang dipilih Menpar sebagai rekan audiensi yang pertama. Lokasi pertemuan ada di Lion Air Tower, Jakarta.
Memimpin delegasi, Menpar pun diterima langsung Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait. Menpar mengatakan, dukungan diperlukan guna memenuhi slot 25 juta kursi flight internasional.
“Arus masuk wisatawan mancanegara didominasi melalui udara. Total
kebutuhan tahun ini ada 25 juta seats. Dari jumlah itu masih kurang 1,1 juta seats. Rencananya, penambahan terbesar 600 ribu seats itu untuk Bali. Jakarta 400 ribu seats, lalu sisanya melalui bandara lainnya. Untuk itu, kami meminta Lions Air Group untuk ikut membantu menyediakan kursi baru,” ungkapnya.
Bagaimana caranya? Maskapai bisa mengoptimalkan pasar utama. Mengacu
data Kemenpar, ada lima pasar yang bisa diekplorasi lagi oleh maskapai. Ada pasar Tiongkok, Eropa, Australia, Singapura, juga India. Pada 2017, jumlah wisatawan Tiongkok 1,91 juta atau tumbuh 42,22%. Eropa ada 1,74 juta wisman, lalu tumbuh 14,12%. Australia (1,10 juta), Singapura (1,31 juta), dan India (434,19 ribu).
“Tiongkok sudah jadi pasar utama. Untuk Eropa dijadikan satu karena identik. Meski nomor dua, tapi pasar Eropa menjadi penyumbang devisa terbesar. India juga sangat unik. Pertumbuhannya besar 29%. Kondisi ini harus lebih dioptimalkan lagi. Malaysia, Amerika Serikat, Korea
Selatan, dan Jepang tetap menjadi market penting,” terang Menpar.
Selain pasar potensial, maskapai harus jeli dan terbuka melihat moment saat low season. Mengusung konsep sharing economy, low season bisa disikapi dengan discount. Besarannya adalah 30%-40%. Dan, penurunan harga ini berlaku menyeluruh.
Berlaku untuk maskapai, akomodasi, bahkan destinasi. Arief menambahkan, Lion Air pun harus terbuka terhadap tata waktu kapan terjadinya low season tersebut.
“Kami ingin Lion Group dan maskapai lain memberitahukan kapan low
season itu terjadi. Kondisi ini nanti akan disikapi dengan sharingeconomy. Tidak perlu ditutupi karena akan dirahasiakan. Saat low season, maka semua akan ikut. Besarnya bisa 30% atau 40%. Nanti kalau
ada yang tidak mau ikut, maka sanksi sosialakan diberikan. Kebijakan
ini dilakukan agar industri tetap jalan,” lanjutnya lagi.
Bagaimana dengan penambahan rute baru? Melihat faktor eksternal, treatment ini sangat terbuka. Lalu, internal? Lion Air memenuhi prasyarat ini. Pertumbuhan international seats-nya 70,4% di 2017. Angka riilnya 2,97 juta. Lion Air pun kini ada di strip tiga. Posisi teratas ditempati AirAsia Group dengan kursi 4,67 juta atau tumbuh 9%. Berikutnya Garuda Indonesia dengan 3,37 juta kursi, lalu tumbuh 8,6%.
“Progress Lion Air sangat bagus. Lion Air pada 2016 hanya tumbuh 18,5%. Tapi, kapasitas kursinya kini tumbuh signifikan 70,4%. Dengan
fakta ini, Lion Air harus membuka rute baru lagi. Fokuskan ke pasarnutama. Hubungkan dengan destinasi yang mengalami kenaikan kunjungan,”
tuturnya.
Dari 19 pintu besar angkasa, ada 6 bandara dengan pertumbuhan
fantastis. Bandara Ngurah Rai (Bali), Kualanamu (Medan), Sam Ratulangi
(Manado), Internasional Lombok (NTB), Sultan Syarif K. II (Riau), dan
Adi Sucipto (Yogyakarta). “Pertumbuhan masuk wisman di bandara itu
besar. Bali tumbuh 20,93%. Sam Ratulangi 90,8%, lalu Lombok (37,2%.
Yogya tumbuh 28,1%. Ini harus dimanfaatkan, termasuk di Bandara
Soekarno-Hatta,” katanya.
Kalkulasi pun diberikan. Kekurangan 1,1 juta jumlah kursi bisa dioptimalkan dari Bali. Bandara Ngurah Rai bisa didorong menghasilkan 600 ribu kursi baru dari penambahan 10 flight. Soekarno Hatta 350 ribu seats dari 6 flight per hari, lalu bandara lainnya 150 seats dengan 4 flight. “Komposisi ini cukup ideal. Bagaimanapun, pemerintah juga memberikan insentif kepada maskapai,” ujar Arief.
Insentif/stimulus disiapkan Kemenpar. Marketing communication, pameran, sales mission, dan farm trip jadi katalis menjadi stimulusnya. Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menjelaskan, ada enam rute baru yang sedang di proses dengan Tiongkok sebagai tujuannya. Poros Tiongkok diantaranya akan terhubung dengan Lombok dan Batam. Selain itu, rute Bali dan Jakarta ke Korea Selatan juga siap.
“Kami tetapfokus pengembangan rute dan kapasitasnya. Semua masih proses. Kami bahkan menjajaki rute Lombok-Tiongkok. Rute reguler Korea-Jakarta pada Mei sudah aktif. Kalau dari Bali menuju Incheon dan Busan bisa jalan di Juni. Bahkan, charter flight dari Batam ke Busan dan Incheon segera jadi rute reguler. Kami juga ajukan rute tiga kali seminggu dari Belitung ke Kuala Lumpur,” tuturnya.
Edward pun menambahkan, Lion Air akan menganalisa peluang penambahan
rute baru ke Tiongkok. Sebab, Lion Air sudah merencanakan pembelian 39 armada baru. “Kami akan percepat proses analisis ini.
Sebab, kami terbentur dengan kapasitas bandara. Makanya, kami justru mengembangkan rute baru dari Medan dan Batam. Kalau tujuannya Korea Selatan justru oke,” pungkasnya. (*)
Advertisement