Kuasai Masjid Milik Pemerintah, Ini Cara Salafi Wahabi Menurut Kajian Peneliti UI
Jakarta: Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) Solahuddin menjelaskan bagaimana ceritanya aktivis-aktivis Islam transnasionalis seperti Salafi Wahabi bisa menguasai DKM-DKM di masjid pemerintahan.
Menurutnya, karena para aktivis Islam transnasionalis sudah dikader sejak di kampus, sehingga ketika bekerja di birokarasi atau pemerintahan, mereka pun aktif di lembaga-lembaga dan masjid-masjid di tempat kerjanya.
“Merekalah yang kemudian mewarnai,” kata Solahuddin, dikutip ngopibareng.id, Sabtu (14/10/2017) dari NU Online.
Prihatin atas keadaan tersebut, Solahuddin berharap agar para aktivis NU seperti di Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) bisa lebih dikembangkan agar bisa masuk dan mengisi masjid-masjid yang ada di pemerintahan.
Karenanya, NU perlu mengorganisir Nahdliyin yang menjadi pegawai di pemerintahan untuk ke masjid, meramaikan masjid, mengaktifkan masjid sehingga bisa mewarnai suasana keagamaan dengan suasana NU.
“Itulah misalnya saya mengajak teman-teman NU untuk kembali ke masjid. Yuk, kita kembali suburkan masjid kuasai DKM-DKM itu agar tidak dikuasai orang lain,” ajaknya.
Dalam catatan ngopibareng.id, penguasaan masjid-masjid bagi aktivis kelompok garis keras dari Indonesia juga berlaku di luar negeri. Di Australia, misalnya, masjid memang dijadikan alat utama kelompok Islam garis keras untuk melakukan propaganda politik murahan mereka.
Jika masjid sudah dikuasai kelompok mereka, seolah-olah hanya golongan Islam "paling benar" ala mereka saja yang boleh memanfaatkan. Bahkan dijadikan tempat untuk menistakan agama Allah memalui spanduk provokasi pelarangan shalat jenazah dan ujaran kebencian "munafiq" kepada mereka yang tidak mendukung pasangan calon tertentu.
Prof Nadirsyah Hosen, yang mukim di Australia juga mengalami hal serupa. Dalam sebuah chatingan berbasis WhatsApp, ia mengaku diblokir oleh tiga takmir masjid yang ada di Melboune, Australia.
"3 masjid Indonesia di Melbourne itu takmirnya kompak memblokir saya. Jadi, saya sudah hapal apa yang terjadi kalau Islam garis keras pegang kekuasaan. Ini juga terjadi di tempat-tempat lain seperti UK, Jepang, dll," ujarnya.
Menurut Rais Syuriah PCI NU Australia tersebut, NU itu mayoritas hanya di tanah air. Di luar negeri, tambahnya, 0 NU jadi bulan-bulanan kelompok Islam garis keras.
"Makanya jangan sampai mereka menguasai masjid, MUI dan ibukota sampai negara. Yang masih mau merangkul Islam garis keras itu belum tahu sih gimana jahatnya mereka sama NU dan para ulama NU," imbuhnya. (adi)