Kuasai Ilmu, Wasathiyah Islam Harus Kedepankan Kaum Muda
Ketua PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof Mas’ud Said mengatakan, terkait konsep wasathiyah (moderat) dalam Islam, yang menjadi ciri khas NU harus dikedepankan oleh generasi muda dan santri. Di antaranya, menguasai teknologi sangat penting di era milenial. Karena pesan-pesan perdamaian bisa disebarluaskan melalui teknologi guna mengimbangi narasi-narasi kekerasan.
“Intelektual itu penting sekali. Karena kapasitas intelektual yang mumpuni, bangsa menjadi maju, dan narasi-narasi kekerasan akan ditinggalkan. Dalam bahasa lain, harus mempunyai kemandirian intelektual,” kata Prof Mas'ud Said, dikutip Sabtu 31 Oktober 2020.
Ia mengungkapkan hal itu, dalam Webinar digelar ISNU Bojonegoro, Kamis lalu. Dihadiri Ketua PP ISNU Dr Ali Masykur Musa, dan sejumlah tokoh Bojonegoro, seperti Ketua PCNU Bojonegoro, dr H.Kholid Ubed, SpPD dan Ketua PC ISNU Bojonegoro, H.Yogi Prana Izza, Lc MA
Ketua Umum PP ISNU, Dr Ali Masykur Musa menjelaskan, banyak hal, utamanya tentang program jangka panjang 2045 atau menuju Indonesia emas. Karena PP ISNU sendiri terlibat dalam merumuskan draf naskah akademik. Terutama, arah kompetensi pendidikan generasi 2045 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Oktober 2020.
“PP ISNU dalam draft ini merumuskan spiritual-kompetensi-ketuhanan dan kompetensi kewarganegaraan,” paparnya mengawali webinar nasional.
Ali Masykur menegaskan, kompetensi ini penting karena pemuda atau santri kedepan nantknya yang akan membawa arah Negara Indonesia. Termasuk, NU dan masyarakatnya juga harus mempunyai kemandirian ekonomi sehingga tidak mudah menjadi objek.
“Pada era sekarang ini sebaiknya NU harus memiliki kemandirian ekonomi,” sarannya.
Sementara itu, Ketua PCNU Bojonegoro, dr H.Kholid Ubed, SpPD mengungkapkan, melihat pada sejarah, kasus kekerasan yang disebabkan bukan karena perseteruan akidah, tetapi karena politik. Padahal politik itu adalah satu bentuk gerakan yang tidak bisa ditinggalkan untuk kebaikan. Sehingga, seharusnya orang sadar bahwa pergesekan politik tidak harus saling baku hantam dan menghunus pedang.
“Jika warga NU sudah mandiri secara ekonomi, maka ekonomi itulah yang digunakan untuk kemaslahatan umat melalui pergerakan. Bukan sebaliknya, pergerakan digunakan untuk mencari ekonomi,” pungkas Ketua PCNU Bojonegoro dua periode itu.