Kualitas Udara Jakarta Rabu Siang Masih Tidak Sehat
Kualitas udara di Ibu Kota Jakarta pada Rabu siang pukul 12.00 WIB masih termasuk kategori tidak sehat dengan angka sebesar 161 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 75,1 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Meski angkanya telah turun dibandingkan beberapa hari sebelumnya, menurut laman resmi AirVisual, kualitas udara Jakarta masih menjadi kota dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia setelah Ulaanbaatar di Mongolia, yang mencatatkan angka mencapai 223 atau termasuk kategori sangat tidak sehat dengan konsentrasi PM2,5 sebesar 172,6 ug/m3.
Kualitas udara di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, tercatat paling buruk di antara wilayah lain di DKI Jakarta, yaitu pada angka 168 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 89 ug/m3.
Wilayah berikutnya yang mencatatkan kualitas udara terburuk kedua di Jakarta adalah wilayah Pegadungan, Jakarta Barat, dengan catatan angka sebesar 162 dan konsentrasi PM2.5 77,8 ug/m3.
Selanjutnya, wilayah di Mangga Dua Selatan juga mencatat kualitas udara kategori tidak sehat dengan AQI sebesar 161, sementara konsentrasi PM 2,5 di wilayah itu adalah 75,1 ug/m3.
Sedangkan di wilayah di sekitar Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta Selatan, kualitas udaranya juga masih tergolong tidak sehat dengan indeks 152 dan konsentrasi PM2,5 sebesar 58 ug/m3.
Sementara itu, kualitas udara di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur, sedikit lebih rendah dibandingkan pada pagi hari, dengan indeks kualitas udara pada angka 155 dan PM2,5 sebesar 63,1 ug/m3.
Sementara wilayah di Pejaten Barat, Jakarta Selatan, kualitas udara di sana masih termasuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan AQI US 122 dan konsentrasi PM2,5 44,1 ug/m3.
Sedangkan wilayah di sekitar Kedutaan AS di Jakarta Pusat mencatatkan kualitas udara cukup baik di antara wilayah lain, meski dinilai masih tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan angka AQI US sebesar 117 dan konsentrasi PM2,5 sebesar 42 ug/m3.
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan upaya mengurangi populasi udara di DKI Jakarta perlu peran serta warga untuk beralih menggunakan kendaraan umum karena penyumbang terbesar pencemaran tersebut adalah emisi kendaraan.
"Ya itu tantangan untuk gubernur dan kita semua. (Perlu) Gerakan bersama secara nasional untuk ini. Mau siapa pun gubernurnya, ini kan (tentang) perilaku. Sudah ada aturan tentang ganjil-genap, MRT, light train, itu kan untuk mengurangi kendaraan," kata Wapres JK kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.