Kuala Kencana, Kota Modern di Pusat Emas
Kuala Kencana merupakan sebuah distrik di Kabupaten Mimika yang identik dengan tambang emasnya. Wilayah seluas 511 kilometer persegi ini memiliki populasi penduduk sekitar 2.010 jiwa.
Kota mandiri ini terdiri dari satu kelurahan dan enam kampung, yakni Kelurahan Kuala Kencana, Kampung Iwaka, Kampung Naena Muktipura, Kampung Karang Senang, Kampung Mulia Kencana, Kampung Utikina Baru, dan Kampung Bhintuka.
Untuk masuk ke area ini tidak bisa sembarangan. Karena setiap orang yang masuk ke distrik ini harus melewati pos penjagaan yang dijaga ketat oleh sekuriti selama 24 jam. Bukan hanya itu, setiap kendaraan yang masuk juga harus melewati pemeriksaan ketat.
Setelah melewati pos penjagaan, pengunjung langsung disuguhi taman dengan sejumlah patung berukir ornamen khas Papua yang terletak di sisi kiri pintu masuk. Di taman ini, pengunjung bisa berswa foto sambil menikmati rimbunnya pepohonan.
Puas berswa foto, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan untuk masuk ke kota modern Kuala Kencana. Untuk menuju ke pusat kotanya, pepohonan berdiri berjajar rapih dengan hamparan rumput di sepanjang tepi jalan beraspal.
“Rumput di kanan dan kiri jalan ini dipotong secara rutin. Jalan dan rumputnya disapu oleh petugas kebersihan,” jelas Darminto.
Benar saja, tak satu pun sampah yang tampak di sepanjang jalan menuju kota modern ini. Pohon dan rumput pun tampak bersih dan rapih.
Meskipun letaknya di tengah hutan dan dikelilingi oleh pepohonan yang lebat, distrik Kuala Kencana memiliki fasilitas yang lengkap dan modern. Selain gedung perkantoran dan kompleks perumahan karyawan PT Freeport Indonesia, terdapat pula lapangan sepak bola, lapangan badminton indoor, lapangan futsal indoor, kolam renang standar Olimpiade, lapangan golf, bahkan pusat perbelanjaan.
Kuala Kencana juga memiliki alun-alun (The Plaza) sendiri, gereja, masjid, salon, perpustakaan dan layanan perbankan. Ada pula beberapa restoran barat dan oriental yang cita rasa dan mutunya berstandar perusahaan industri catering dan distribusi pangan terbesar di Indonesia.
“Di sini semua standar internasional, karena penghuni Kuala Kencana bukan hanya orang Indonesia dari berbagai macam suku saja, tapi juga WNA yang bekerja di PT Freeport. Hampir dari belahan dunia mana pun ada di sini. Bahkan bisa disebut miniaturnya Indonesia,” kata Darminto, penduduk Mimika yang sudah 25 tahun tinggal di Mimika.
Seperti kota modern di Eropa, Kecamatan Kuala Kencana ini diklaim sebagai wilayah pertama di Indonesia yang menerapkan sistem utilitas (listrik, air, dan komunikasi) bawah tanah. Selain itu kota ini juga diklaim sebagai kota yang memiliki sistem pengolahan air kotor.
Air kotor akan disalurkan ke pusat pengolahan limbah sehingga tidak mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya. Sementara air keran yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk memiliki standar tinggi serta aman untuk langsung dikonsumsi.
“Airnya bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak lagi. Karena bukan hanya bersih, tapi juga sangat higienis,” terang mantan karyawan PT Freeport tersebut.
Masuk ke pusat kota ini, pengunjung bisa melihat megahnya alun-alun yang memiliki luas 200x200 meter persegi ini.
Bangunan ini bisa dibilang cukup unik lantaran dirancang ala Jawa. Alun-alun berbentuk persegi panjang dengan sisi baratnya terdapat sebuah masjid bernama Masjid Baitur Rahim. Sementara pada sisi timur terdapat Gereja Betlehem yang berbentuk layaknya rumah Honai, rumah khas Papua. Di tengah alun-alun dipasang sebuah tugu karya pematung ternama asal Bali, Nyoman Nuarta.
Di setiap hari libur, alun-alun ini banyak dikunjungi warga yang tinggal di sekitar wilayah ini. Meski begitu, kota ini tetap ramah lingkungan. Sebab, warga yang berkunjung lebih banyak memilih bersepeda, atau sekadar berolahraga joging.
Memorial Park
Tak jauh dari pintu utama alun-alun, berjarak sekitar 200 meter, terdapat taman dengan monumen berbentuk persegi panjang bertuliskan ‘Memorial Park’. Bangunan dengan panjang 6 meter dan tinggi 1,5 meter ini terhitung baru dibanding bangunan lain yang ada di kompleks tersebut.
Monumen ini sengaja dibangun untuk mengenang aksi penembakan KKB di kompleks PT Freeport yang menewaskan satu WNA dan melukai dua karyawan PT Freeport asal Indonesia pada 30 Maret 2020 silam.
“Sebulan setelah penembakan (dibangun). Ini untuk mengenang tewasnya salah satu karyawan asing PT Freeport. Sejak saat itu, semua yang masuk ke area Kuala Kencana akan selalu diawasi oleh kamera CCTV, juga dengan drone,” ujar Wilson, salah satu karyawan PT Freeport.
Benar saja, Ngopibareng.id bersama sejumlah Satgas Kontingen PON Jawa Timur di Klaster Mimika merasakan pengawasan yang dilakukan sejumlah polisi saat masuk di area alun-alun The Plaza pada pukul 19.00 WIB. Bukan hanya beberapa pasang mata polisi, tapi juga pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh.
“Iya, kalau masuk sini malam hari pasti diikuti drone. Ini SOP pengamanan di sini. Sejak aksi penembakan itu, penjagaan dilakukan berlapis dan sangat ketat,” terang Wilson.
Advertisement