Kronologi Ricuh, 127 Meninggal Usai Laga Arema Vs Persebaya
Laga Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, berakhir dengan ricuh. Kerusuhan dipicu suporter Arema yang turun ke lapangan, diikuti upaya aparat mengamankan situasi yang kacau.
Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan kronologi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Dalam keterangan persnya, Nico menjelaskan pertandingan di Kanjuruhan diputuskan setelah melalui sejumlah rapat pengamanan. Salah satunya memutuskan agar suporter Persebaya yang dikenal dengan Bonek, tidak datang ke Kanjuruhan.
"Pertandingan kemudian dimulai pukul 20.00 dan selesai pukul 22.00. Pada saat selesai, terjadi kekecewaan dari penonton," kata Nico dalam keterangan persnya, dalam siaran salah satu televisi swasta, Minggu 2 Oktober 2022.
Selanjutnya, sebagian suporter turun ke lapangan dan mencari official serta pelatih. Mereka ingin menanyakan, mengapa tim Singo Edan bisa kalah. "Kemudian pengamanan bekerja untuk mengalihkan agar mereka tak masuk dan tak mengejar pemain," lanjutnya.
Aparat kemudian mengeluarkan tembakan gas air mata. Menurut Nico, sebab kondisi sudah sangat ricuh dan tak terkendali. "Mereka kemudian keluar ke satu titik, pintu 10 atau 12. Terjadi penumpukan di sana. Terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," lanjutnya.
Sebagian korban kemudian ditangani tim medis yang ada di dalam stadion. Sebagian lain juga dilarikan ke rumah sakit terdekat, di antaranya RSUD Kanjuruhan, dan RS Wafa Husada.
Namun, 34 orang kemudian meninggal di stadion, sementara korban lain meninggal di rumah sakit.
Kerusuhan itu menyebabkan 127 korban jiwa melayang. 125 di antaranya adalah suporter, dan 2 orang adalah aparat kepolisian.
Polisi juga mencatat sedikitnya terdapat 12 kendaraan yang rusak di sekitar Kanjuruhan, termasuk kendaraan milik polisi.