Kronologi Lengkap Pria Obesitas di Surabaya Dilarikan ke RS
Pria berbobot kurang lebih 200 kilogram yang dievakuasi BPBD Surabaya karena tak sadarkan diri, rupanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini diungkapkan oleh sang istri, Sri Wahyuningsih, 46 tahun.
Ditemui di salah satu sekolah SD swasta di Surabaya Utara, Sri mengungkapkan, suaminya yang bekerja sebagai petugas kebersihan sekolah memang memiliki riwayat darah tinggi.
Kejadian awal ketika tak sadarkan diri, ungkap Sri berawal ketika pria berusia 51 tahun tersebut duduk-duduk usai menyelesaikan pekerjaannya.
"Kemarin habis nyapu, duduk. Habis itu capek rebahan di dalam. Saya pas masuk, bilang tolong-tolong karena kaki sama tangan suami saya tidak bisa digerakkan. Saya panggil becak, diangkat orang lima tidak kuat," kata Sri.
Mendapati hal tersebut, Sri memutuskan untuk menghubungi Command Center 112 agar suaminya bisa dibawa ke Rumah Sakit (RS).
Perempuan yang juga seorang pengajar itu mengungkapkan, suaminya kerap mengeluhkan nyeri lambung dan memiliki riwayat hipertensi atau darah tinggi. Sayangnya, kondisi tersebut semakin diperparah karena suaminya tidak mau di bawa ke RS.
"Suami saya biasanya tidak mau dibawa ke RS kalau tidak sakit nemen (parah)," tambahnya.
Sri menjelaskan, bobot tubuh suaminya bukan 200 kg, tetapi hanya 140 kg. Bobot tubuh suaminya terus bertambah lantaran banyak makan dan pekerjaannya terlampau santai.
"Dulu waktu jadi tukang becak dan kuli bangunan bobotnya tidak seberat sekarang. Pas waktu jadi tukang bersih-bersih bobotnya naik karena makan tak terkontrol, kerjanya santai," cerita Sri.
Sri mengaku tak kurang-kurang mengingatkan sang suami untuk menjaga pola makan demi kesehatan. Tetapi pria berinisial S itu malah berdalih bila tak makan akan mati.
"Katanya kalau tidak makan itu mati, buat apa susah-susah dibilangin. Saya umbar (biarkan), apa kata Gusti Allah," tambahnya.
Sebenarnya S bukan tipe orang yang malas gerak, karena setiap hari ia harus menyapu halaman sekolah.
Sempat Koma
Terpisah, dokter yang menangani S di IGD Dr. Soetomo, Dr Irwan Barlian menyebut, saat dibawa ke IGD kondisi pasien tidak sadar dan sempat koma. Tensinya di atas 220.
"Untuk lainnya masih belum bisa dievaluasi karena belum sadar. Kemungkinan besar ada kelemahan di tangan atau kaki," ujar dokter bedah syaraf tersebut.
Hari ini, lanjutnya, telah dilakukan operasi untuk menyedot cairan yang ad di otaknya. Pasien juga mengalami pecah pembuluh darah yang mengakibatkan stroke.
"Kepala sebelah kanan di area dalam sebelah kanan. Pendarahan itu masuk ke sistem sirkulasi cairan otak. Sehingga, sistem sirkulasinya terbuntu dan ada penumpukan cairan otak yang mengakibatkan tekanan tinggi. Itu jadi salah satu sebab rendahnya kesadaran," jelasnya.
Pasien masih dalam masa pemulihan di ruang ICU dan belum sadarkan diri. Penanganan lanjutan akan dilakukan oleh dokter multidisiplin lainnya, termasuk untuk mengurangi berat badan pasien.
"Stroke itu kan multi disiplin, salah satunya bisa karena obesitas. Kami akan lakukan observasi saat pasien sadar nanti, penanganan juga akan melibatkan dokter multidisiplin lainnya, termasuk untuk menangani obesitas," tandasnya.