Kritik Rumi atas Patriarkhisme, dan Sufi pun Menyalahkan Diri
Suatu siang, KH Husein Muhammad kedatang dua orang tamu perempuan dari Indramayu di Pesantren Dar-el Tauhid. Mereka adalah mahasiswa. Selain ingin silaturrahim, mereka bertanya soal sistem sosial patriarkhis. Nah, tiba-tiba kata-kata Maulana Rumi dalam bukunya "Fihi ma Fihi" melintasi fikiran KH Husein Muhammad:
Di dalamnya maulana melakukan kritik tajam atas sistem budaya patriarkis, sebuah kebudayaan yang menempatkan laki-laki sebagai "penguasa" atas perempuan dan dalam kehidupan bersama serta menjadi makhluk Tuhan paling cerdas di muka bumi dan Perempuan dianggap manusia dengan intelektual rendah. Dan laki۔laki selalu ingin mengatur tubuh perempuan, konon agar jadi baik dan bermoral.
Rumi mengatakan:
انت ليلا ونهارا تحارب طالبا تهذيب اخلاق المراة وتطهير نجاستها بنفسك. ان تطهر نفسك بها خير ان تطهر ها بنفسك. هذب نفسك بواسطتها. امض اليها وسلم بكل ما تقوله حتى ولو من كلامهافى نظرك محال.
"Siang malam kau berusaha mati-matian memperbaiki moral perempuan dan begitu bersemangat ingin membersihkan kotoran dari jiwanya. Seyognyanya kau membersihkan dirimu sendiri melalui dia ketimbang membersihkan dia melalui kamu. Ayo bersihkan dirimu melalui dia. Segeralah temui dia dan menyerahlah kepadanya. Dengarkanlah apa yang dikatakannya, meski menurutmu aneh".
Maulana juga mengatakan:
انما المراة من نور الله. فهى ليست مجرد حبيبة. او حتى مخلوقة. بل انها خلاقة
"Perempuan lahir dari cahaya Tuhan. Ia tak hanya kekasih atau yang tercipta, tetapi dialah pencipta".
KH Husein Muhammad menyampaikan kata-kata maulana itu kepada keduanya. Mereka bilang : "Wah, indah dan kritikal ya?". Mereka tersenyum dengan wajah berbinar-binar.
Sufi Menyalahkan Diri
Kebanyakan manusia terperangkap dalam siklus hal-hal kesenangan duniawi. Saat bahagia mereka lupa pada yang lain. Tetapi saat menderita mereka menyalahkan yang lain.
Para bijakbestari dan sufi berjuang untuk mengalahkan egonya. Manakala gagal mereka menyalahkan diri sendiri.
Kehidupan Maulana Rumi
وكان مولانا نفسه يعيش من اموال الفتوى وحقوق التدريس. ولم ياذن لنفسه ان يكون متفضلا عليه من احد. وكان له استغناء عظيم عن الدنيا واهلها.
وكل ما كان يكسبه كان يوزعه على الفقراء والمساكين. ويعطيه لاهل المدرسة. وهو نفسه كان يرضى باقل مال يحصل عليه من اموال الفتوى.
وكلما افتقد القوت فى البيت كان يُسَرُّ قاءلا اليوم بيتنا شبيه ببيت الانبياء. (وفی نفحات الانس :الحمد لله ان بيتنا اليوم يشبه بيت النبی)
"Maulana Rumi, menurut Aflaki, adalah seorang yang amat bersahaja (untuk tidak dikatakan miskin). Beliau hanya hidup dari honor sebagai mufti dan guru madrasah. Dia memantang dirinya meminta batuan dari siapapun , meski dalam keadaan amat sulit. Bahkan bilapun punya uang lebih dari kebutuhan hariannya, beliau membagikannya kepada orang-orang fakir dan miskin atau kepada pegawai madrasah. Manakala sedang tidak punya beras di rumahnya, beliau tetap bergembira sambil berkata: hari ini rumah kita mirip rumah para Nabi".
Demikian kisah KH Husein Muhammad tentang Maulana Jalaluddin Rumi.