Kritik Kemensos, LBH Jatim Tak Sarankan Pakai Belas Kasihan
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Disabilitas Jawa Timur (Jatim), sebut Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini masih menggunakan pendekatan belas kasihan kepada para difabel.
Hal tersebut menyangkut peristiwa, ketika Risma meminta seorang anak difabel tuli pengguna alat bantu dengar, untuk bicara saat pembukaan peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di Gedung Kemensos, Rabu 1 Desember 2021, lalu.
Ditektur LBH Disabilitas, Hary Kurniawan mengatakan bahwa yang dilakukan Risma saat acara peringatan Hari Disabilitas Internasional itu merupakan suatu bentuk audism kepada difabel tuli.
“Di mana kuasa orang dengar yang memaksa tuli mendengar, berbicara serta mengganggap tuli tidak mampu apa-apa,” kata Hary, kepada Ngopibareng.id, Minggu, 4 Desember 2021.
Menurut Hary, sikap Risma tersebut menunjukan jika pemerintah masih menggunakan pendekatan charity dan biomedical model, kepada penyandang disabilita.
“(Sikap Risma) itu juga membuktikan pemerintah dalam hal ini Kemensos pendeketannya masih charity dan biomedical model,” jelasnya.
“Pendekatan charity itu pendekatan belas kasihan dan biomedical itu kondisi kedifabelan itu masih dianggap sebagai penyakit yang bisa disembuhkan,” tambah Hary.
Padahal, lanjut Harry, seharusnya pemerintah menggunakan pendekatan Human Rights Model. Yakni dengan melihat difabel bukan sebagai permasalahan individu, melainkan persoalan konstruksi sosial.
“Sudah seharusnya model pendekatannya berubah menjadi Human Rights Model, HAM (Hak Asasi Manusia) yang tidak melihat difabel sebagai persoalan individu, melainkan konstruksi sosial,” ucapnya.
Dengan begitu, pemerintah bakal melihat permasalahan yang ada di lingkungan yang tidak menyediakan akomodasi bagi para difabel, dengan tidak menyalahkan mental dari individunya.
“Yang disalahkan adalah lingkungannya bukan kondisi fisik, intelektual atau mental individu. Lingkungan yang ada tidak menyediakan akomodasi yang layak dan aksesibilitas,” ujarnya.
Apabila demikian, pemerintah terutama Kemensos dapat semakin memberikan ruang bagi para penyandang disabilitas dalam bentuk apa pun. Agar mereka dapat berpatisipasi secara aktif.
“Kemensos itu kan leading sector, jika Kemensosnya saja masih pendekatannya karitatif bagaimana difabel bisa berdaya. Pemberdayaan itu apa saja termasuk partisipati aktif difabel,” tutupnya.