Kriteria Cawali Surabaya Menurut Risma, Realistis Tapi Lucu
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mempunyai kriteria untuk calon penggantinya.
Kriteria yang diajukan Risma ada lima, yaitu tidak banyak bicara tapi banyak bekerja, banyak mendengarkan untuk prioritas masalah warga, berani hadapi tantangan, banyak akal tidak tergantung banyaknya uang dan tidak punya ambisi jadi wali kota.
Menurut peneliti Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam lima kriteria calon wali kota Surabaya 2020 versi Risma ini cukup realistis, tapi juga lucu.
"Kriterianya lucu, mungkin itu berdasarkan pengalaman beliau memimpin Kota Surabaya selama ini," kata Surokim, Selasa.
Menurut Surokim, untuk kriteria nomer satu hingga empat memang Surabaya banget dan terkonfirmasi dalam tracking survei selama ini memang begitu adanya.
"Nah yang nomor lima itu yang lucu kalau tidak ambisius rasanya sulit Surabaya maju lebih cepat bisa akseleratif progresif. Itu pasif banget rasanya, malah saya anggap kemunduran untuk Surabaya kekinian," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini.
Jika melihat hasil survei, lanjut dia, memang pertimbangan kinerja sangat signifikan dan dominan menjadi pertimbangan bagi pemilih di Kota Surabaya.
Namun, menurut Surokim, ambisi itu juga penting dalam pengertian yang positif karena Surabaya ke depan di era disrupsi yang tidak baku dan berubah-ubah tentu butuh pemimpin ambisius untuk bisa mencipta legacy atau warisan baru. Apalagi kebutuhan pembangunan Surabaya akan berbeda dengan Surabaya yang lalu dan saat ini.
"Memang jika harus jujur sejauh ini kalau tolok ukur Wali Kota Surabaya itu Bu Risma, ya masih sulit dipenuhi para calon-calon yang sudah beredar," katanya.
Apalagi, Wali Kota Risma kinerjanya juga diapresiasi warga Kota Surabaya sehingga calon-calon yang muncul minimal punya kapasitas yang sama dengan beliau. Namun jika mau fair, maka cara pandangnya harus dalam posisi pada saat Risma maju pilkada pertama.
"Menurut saya kriteria yang justru penting itu visioner, akseleratif, progresif sehingga bisa berlari lebih cepat dan bisa menjadi ciri pembedanya. Menurut saya malah harus ambisius agar Surabaya lebih wow," katanya.
Selain itu, Pengamat politik UTM ini menilai kriteria-kriteria yang disodorkan Risma itu teknokratis dan masih belum cukup untuk Surabaya mendatang. "Tidak fair juga kalau semua calon harus seperti bu Risma karena mereka belum menjalani tapi pikiran-pikiran visioner dari para calon itu yang ditunggu sebenarnya," katanya.
Ia menduga Risma sengaja memunculkan kriteria yang nomer lima itu agar tidak banyak calon yang muncul. Bisa jadi karena melihat rekomendasi partai penentunya adalah pusat dan Risma melihat riuh banyaknya calon yang maju menjadi gaduh mengganggu calonnya. (an/ar)