Krisis Air Bersih Dialami Warga Dua Dusun di Situbondo
Musim kemarau panjang sejak beberapa pekan terakhir mengakibatkan krisis air bersih di wilayah Situbondo Jawa Timur. Setidaknya, puluhan kepala keluarga (KK) di dua dusun di Kota Santri –julukan Situbondo- harus berhemat air bersih. Ini lantaran warga harus membeli air bersih karena belum ada kiriman bantuan air bersih dari pemkab setempat.
Dua dusun yang mulai mengalami krisis air bersih tersebut, yakni Dusun Bendusa dan Ampenang, Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa. Untuk mendapatkan air bersih, warga pun terpaksa berjalan kaki sekitar 2 hingga 3 kilometer ke titik sumber air. Warga juga harus mengeluarkan uang untuk membeli air bersih tersebut.
"Sehari saya harus membeli Rp6 ribu untuk enam jeriken air bersih," ujar Bu Sunarsih, seorang warga kepada wartawan, Senin, 30 Agustus 2021.
Uang Rp6 ribu, tambah dia, memang kecil. Namun, sangat berharga bagi warga dua dusun yang memiliki pekerjaan tidak menentu. Bahkan, selama pandemi Covid-19, penghasilan warga untuk memenuhi kebutuhan keluarga semakin tidak menentu.
”Penghasilan suami saya sehari sekarang Rp25 ribu, itu juga kalau ada yang menyuruh kerja," tambahnya.
Selain itu, Bu Sunarsih mengaku tidak selalu mempunyai uang untuk membeli air bersih. Sehingga, dia seringkali harus berutang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Baru kalau sudah punya uang, saya kembalikan,” ungkapnya.
Sedangkan, enam jeriken air bersih yang dibeli Bu Sunarsih untuk kebutuhan air minum dan memasak, serta ternak sapinya. Bahkan, untuk berhemat, warga terpaksa tidak mandi secara rutin. "Kami sekeluarga terpaksa mandi satu kali dalam sehari," jelasnya.
Warga dua dusun di Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa, berharap segera ada bantuan dropping air bersih dari pemkab. Namun sayangnya, hingga musim kemarau panjang ini belum ada tanda-tanda dropping air bersih itu.
"Biasanya mulai masuk musim kamarau, sudah ada bantuan air bersih dari pemkab. Tetapi sekarang kok belum ada," kata Buhari, warga lainnya.
Dia mengaku melayani warga mendapatkan air bersih. Tapi dirinya juga harus membayar air bersih kepada kelompok yang menyediakan tandon air bersih Rp7.500 per meter. ”Jadi air ini tidak gratis. Saya membayar juga kepada pemilik tandon air bersih," jelasnya.
Kepala BPBD Situbondo, Zainul Arifin kepada wartawan mengatakan, BPBD Situbondo belum menerima surat permintaan air bersih untuk warga dari kecamatan-kecamatan. Meski begitu, BPBD segera melakukan survei ke lapangan untuk menentukan titik-titik wilayah yang akan didropping bantuan air bersih. ”Besok kita turun dan survei untuk menentukan titik distribusi,” janji Zainul Arifin.