Krispi Ikan Lempuk dari Danau Grati Pasuruan Diminati Wisatawan
Danau Ranu di Grati, Kabupaten Pasuruan tak hanya menyimpan potensi pariwisata saja, tetapi juga bisa menghasilkan potensi ikan lempuk yang disulap menjadi makanan olahan.
Ikan Lempuk merupakan ikan yang hanya bisa hidup di Ranu Grati dan Jepang. Hanya saja, banyak yang mengatakan kalau lempuk di Jepang warnanya lebih gelap dan rasanya tidak segurih di Grati.
Ikan mini berukuran 3-4 sentimeter ini memiliki kadar protein tinggi, yang baik untuk pertumbuhan anak. Tak salah, banyak sekali produk olahan ikan lempuk yang sukses di pasaran. Mulai dari lempuk kering, lempuk krispi, pepes lempuk, krupuk lempuk, hingga nugget lempuk.
Srina Food, salah satu usaha dagang (UD) yang sudah 20 tahun lebih memperkenalkan segala macam produk olahan berbahan dasar ikan lempuk.
Sang owner, Srina (46) mengaku tertarik dengan usaha olahan lempuk secara tak sengaja. Dulu, Srina hanya suka memasak kue-kue basah tradisional. Lama kelamaan, ketika ikan lempuk tengah "amber" alias membludak tapi tak banyak tahu cara pengolahannya, di situlah mulai tergerak hatinya untuk membuat makanan olahan ikan dari lempuk.
"Pokoknya amber waktu itu. Terus banyak yang bingung mau diapain ya ikan lempuk ini. Akhirnya bude saya yang memulai membuat krispi lempuk, dan saya mengikutinya," katanya.
Srina mengaku, pertama kali membuat lempuk krispi dan langsung mendapat sambutan positif dari masyarakat. Lempuk krispi buatannya sangat disukai oleh penduduk sekitar maupun penyuka makanan olahan ikan sampai Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya.
Setelah sukses dengan lempuk krispi, Srina mencoba membuat olahan lainnya. Seperti lempuk kering, pepes lempuk, krupuk lempuk, hingga nugget lempuk. Seluruh makanan olahannya dihadirkan dengan cita rasa yang tinggi dan kualitas produksi yang baik.
"Contohnya kalau lagi goreng lempuk, minyaknya harus sekali pakai. Saya gak mau dibuat dua kali, karena customer saya bisa lari kalau digitukan," katanya.
Srina menjamin, makanan buatannya berbeda dengan olahan dari orang-orang yang juga ikut berkecimpung di dunia yang sama. Perbedaannya terletak pada bagaimana memperlakukan makanan sebelum dijual ke public. Hal itu penting agar customer tetap percaya pada dagangannya.
"Kita jualan bukan hanya jualan makanan saja, tapi kualitas. Saya menomor satukan itu. Jangan sampai pelanggan saya kecewa karena berubah rasa atau sajian makanannya," katanya.
Dalam sehari, Srina bisa memproduksi hingga 10 kilogram per item makanan. Tak sendirian, Srina juga memberdayakan warga untuk membuat makanan olahan, sama seperti dirinya.
Perihal harga makanan olahan, Srina menjelaskan, untuk lempuk krispi kemasan 100 gram dijual seharga Rp 16 ribu. Kemasan 150 gram dijual Rp 24 ribu, kemasan 250 gram dijual Rp 35 ribu. Begitu pula untuk lempuk kering isi 20 keping dihargai Rp 34 ribu.
Semua produk olahannya tak hanya dijual ke masyarakat sekitar saja. Melainkan perusahaan, instansi pemerintah sampai mengisi stan pameran ke luar kota.
Selain lempuk, Srina juga menerima produk UKM seperti stik rajungan, rengginang cumi dan kripik mangrove dari Nguling. Ada pula kerupuk ikan tenggiri dari Lekok, betik krispi, kupang krispi dan petis kupang dari Bangil, stik susu, abon ikan gabus, ayam dan daging dari wilayah lain di Kabupaten Pasuruan.
"Yang penting menjaga kualitas. Kalau sudah nurut keinginan saya, pasti saya terima dan saya jual," katanya.
Dengan banyaknya pesanan yang datang kepadanya, Srina tak serta merta puas begitu saja. Kini, inovasi terus dilakukan agar usahanya ini dapat diterima dengan baik di pasaran. Utamanya dalam mencari cara agar bisa menghilangkan bau amis ikan lempuk.
Ia juga tak pelit berbagi rahasia tentang kunci kesuksesannya. Menurutnya, cara agar ikan lempuk tak amis bukan diberi perasan jeruk, tapi dicuci dengan air mengalir sampai busa dari ikan lempuk hilang. (sumber: www.pasuruankab.go.id)
Advertisement