Kripik Sermiyer, Camilan Lebaran Paling Diburu di Jombang
Lebaran tinggal menghitung hari. Biasanya, masyarakat sibuk menata rumah dan menyiapkan jajanan untuk camilan para tamu. Ada kripik yang menjadi camilan wajib saat lebaran di Jombang, Jawa Timur. Namanya Sermiyer. Kripik renyah ini terbuat dari ketela pohon.
Sekilas mirip Opak, bedanya, Sermiyer berukuran empat kali lebih kecil. Selain itu perbedaan juga terletak pada bahan dan proses pembuatannya. Opak dibuat dengan mengkukus ketela terlebih dahulu, lalu adonannya dibentuk dan dipipihkan. Sedangkan, Sermiyer prosesnya dibentuk dan dipipihkan, baru kemudian dikukus.
Sermiyer merupakan kripik khas Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Kayangan sendiri terkenal sebagai desa penghasil Sermiyer. Hingga saat ini, ada sebanyak 30 usaha kecil menengah (UKM) yang menjual Sermiyer. Salah satunya Sermiyer Al-Barokah milik Lilik Yatiningsih.
Lilik menggeluti usaha Sermiyer dan mendapatkan izin pendiriannya sejak 2007. Ide menjual Sermiyer pertama kali muncul saat tetangganya berjualan dan laris. Lilik yang kala itu ingin menambah penghasilan, mencoba mengikuti jejak tetangganya.
“Saya berjualan Sermiyer karena ingin menopang penghasilan keluarga. Sermiyer sendiri dulunya ada tetangga yang jual dan laku,” kisah Lilik kepada Ngopibareng.id, pada Kamis 14 Mei 2020.
Awal mulanya, ibu empat anak itu mencoba menjajakan lima hingga sepuluh kilogram Sermiyer. Lambat laun, Sermiyer memiliki banyak penggemar dan sekarang per harinya memproduksi 60 kilogram. Lilik dibantu 11 pegawai dalam produksi.
Sermiyer, terang Lilik, terbuat dari ketela pohon, tepung tapioka, daun seledri, bawang perah dan putih, gula putih dan garam. Resep ini hasil olahan Lilik sendiri.
"Kripik ini kalau digoreng rasanya manis, gurih dan renya. Selain itu, yang paling terasa di lidah adalah daun seledrinya," ungkapnya.
Proses pembuatan Sermiyer tidak rumit. Pertama, ketela pohon dicuci bersih lalu direndam semalaman. "Tujuannya menghilangkan getah dan lendir ketela," jelas Lilik.
Keesokan harinya, lanjut Lilik, ketela dihaluskan menggunakan mesin selep. Kemudian, ketela dicampur dengan bawah merah dan putih yang sudah dihaluskan, irisan kecil daun seledri serta garam dan gula.
Setelahnya, ketela dibentuk menjadi bulatan pipih kecil dan dikukus selama lima belas menit. Terakhir, ketela dijemur di bawah sinar matahari selama dua hari.
Di UKM milik Lilik, varian Sermiyer beragam. Mulai dari rasa original daun seledri, original daun bawang, original daun jeruk hingga rasa pedas. Harga yang dibanderol pun terbilang murah.
"Satu bungkus Sermiyer original dengan berat tiga ons dibanderol Rp 10.000. Sedangkan, untuk rasa pedas harganya Rp 12.000 dengan berat yang sama," ujar Lilik.
Banjir Pesanan Saat Puasa
Tiga belas tahun lebih menggeluti usaha Sermiyer membuat Lilik kebanjiran pesanan. Khususnya di bulan Ramadhan. Selain itu, per bulannya Lilik mendapat order hingga 500 kilogram Sermiyer.
"Jumlah pesanan meningkat di bulan Ramadhan menjadi 800 kilogram. Biasanya, pada pertengahan bulan puasa saya sudah menutup order agar tidak membludak," kata Lilik.
Selain dari Jombang, pelanggan Sermiyer berasal dari beberapa kota di Jawa Timur, yakni Kediri, Surabaya, Ngawi, Pasuruan, dan Mojokerto. Mereka memesan melalui telepon dan mengambil produknya sendiri.
“Biasanya kalau puasa pertengahan bulan sudah saya tutup ordernya. Kalau bulan puasa bisa sampai 800 kilogram pesanannya, rata-rata buat cemilan lebaran,” jelasnya.
Wanita 59 tahun itu menjelaskan, selain untuk camilan lebaran juga bisa dijadikan oleh-oleh khas Jombang untuk orang yang mudik. Tak heran, setelah lebaran pun pesanannya tetap menggunung. Lilik bersyukur pasokan ketela pohon dari supplier langganannya selalu lancar.
Salah satu kendala terbesar Lilik selama memproduksi Sermiyer adalah musim hujan. Akibatnya, Lilik pernah sekitar 500 kilogram lebih dibuang ke sungai lantaran basi.
"Panasnya sinar matahari tidak merata bisa membuat kripik tidak kering sempurna," ungkap dia.
Selain itu, cuacana panas juga jadi 'musuh' Lilik. Tidak banyak orang yang ngemil sehingga pembelinya menurun.
“Kendala biasanya saat musim hujan, panasnya nggak ada jadi kripiknya nggak jadi dan buang. Kadang juga pas musim panas, cuacanya panas jadi nggak banyak yang ngemil” ungkapnya.
Promosi Model Gethok Tular
Meskipun sudah berpengalaman dalam memproduksi Sermiyer, Lilik promosinya menggunakan metode sederhana. Yaitu Gethok Tular atau dari mulut ke mulut. Promosi ini diinisiasi dengan memberikan Sermiyer secara gratis kala dirinya berziarah atau mengunjungi sanak saudara dan kerabat.
Keikhlasan dalam berbagi ini pun berbuah manis dan berkah. Banyak orang yang berburu produk Sermiyer-nya. Dari sinilah nama Al-Barokah dijadikan sebagai merek dagang. Harapannya supaya berkah.
“Pelanggan saya banyak karena waktu itu gethok tular saja promosinya. Saya memberi orang saat ziarah dan berkunjung ke saudara, biar berkah juga,” ujarnya.
Lilik juga memilik ikon pewayangan Semar. Konon, kisah Semar membangun Kayangan bisa menular ke Desa Kayangan melalui produk buatannya. Selain itu, Lilik juga sering mengirimkan doa untuk Mbah Semar.
“Pemilihan Semar bukan hanya sebatas untuk ikon, tetapi itu ada maknanya. Semar kan datang membangun Kayangan, saya pun mau membangun Kayangan dengan Sermiyer Semar yang saya produksi,” tambahnya.
Menjadi Pelopor UKM Sermiyer
Sebelum mendapatkan izin usaha pada tahun 2007, Lilik sudah mulai membuat Sermiyer dan menjajakannya sejak tahun 2005. Kala itu pembelinya merupakan rekan kerja sang suami yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
Semakin lama Sermiyer semakin berkembang dan Lilik pernah didapuk sebagai narasumber pelatihan. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah setempat untuk memberdayakan ekonomi warga.
Selain itu, Lilik pun sudah mengikuti serangkaian pelatihan dari program pemerintah. Dari pelatihan tersebut Lilik mengetahui lebih dalam tentang cara pengemasan, promosi dan inovasi dalam produksi. Seperti Sermiyer daun kelor dan Sermiyer rasa ikan. Lebih lanjut, beragam pameran lokal pun lebih dari 12 kali dia ikuti.
“Saya sudah ikuti beberapa pelatihan dan pameran juga. Terlebih menjadi narsum untuk mempelopori UKM,” tutupnya.