Kreasi Mantan MC Manten bikin Blangkon Panjalu Kediri Filosofi Sri Aji Jayabaya
Supari sempat berprofesi sebagai Pranoto Coro atau MC pengantin Jawa. Ia kerap memakai busana adat Jawa lengkap dengan blangkon atau penutup kepala. Ia hanya tinggal pakai. Tak punya kemampuan dasar untuk membuat karya seni blangkon.
Tapi, Supari punya ketertarikan untuk belajar membuat blangkon. Ia kemudian belajar secara otodidak dan akhirnya berhasil. Berkat ketelatenannya tersebut, kini Supari bisa membuka usaha blangkon sendiri.
Usaha yang dirintis sejak empat tahun lalu itu bernama Supari Blangkon. Ia menerima pesanan berbagai motif dan model blangkon. Diantaranya blangkon Jogja (Yogyakarta), blangkon Solo, blangkon Jawa Timuran, dan blangkon Kediri.
"Awal mula saya dapat membuat blangkon secara otodidak. Saat itu aku berprofesi sebagai Pranoto Coro (MC pengantin). Aku beli blangkon di Solo secara online tetapi nggak pernah cocok. Akhirnya blangkon yang saya beli itu saya bongkar saya pelajari.Akhirnya saya bisa membuat blangkon sendiri," terang pria yang hanya mengenyam pendidikan dibangku SMP tersebut, Kamis 16 Mei 2024.
Awalnya, Supari mempelajari membuat blangkon Yogyakarta dan Solo. Kini, Supari sudah mampu membuat blangkon khas Kediri yang ia beri nama blangkon Panjalu.
"Ciptaan saya sendiri, namanya blangkon Panjalu. Filosofi tentang Kediri saya ambil perjalanan Sri Aji Jayabaya mencapai kesempurnaan ditandai dengan muksa (bertapa). Itu saya tulis di blangkon sebagai filosofi itu," ceritanya.
Ingin Produksi Bahan Blangkon
Bahan yang dipakai untuk pembuatan blangkon dibelinya di Solo dan Yogyakarta. Suatu saat nanti Supari memiliki keinginan bisa memproduksi bahan kain blangkon sendiri tanpa harus membelinya jauh di luar kota.
"Jika pemerintah mau memfasilitasi, itu bisa memproduksi sendiri. Sebenarnya bisa memproduksi sendiri, karena pembuatan batik disini kan banyak. Selama ini kan produksi cuman jarik sedangkan untuk bahan udeng atau blangkon masih jarang, " harapnya.
Pelanggan yang datang membeli blangkon ke rumahnya sekaligus tempat produksi blangkon di Desa Jarak Lor Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri tidak hanya berasal dari Kediri saja melainkan juga dari luar daerah seperti Blitar, Tulungagung, Tuban bahkan sampai luar pulau jawa di Bontang, Kalimantan Timur.
"Harga paling mahal saya jual Rp250 ribu berbahan batik tulis. Tergantung motifnya, Kalau standarnya harga Rp150 itu yang paling laku. Kalau permintaan harga Rp 100 ribu juga bisa tapi bahanya memang kualitas beda," jelas Supari.
Dalam waktu satu hari, Supari bisa produksi maksimal tiga blangkon. Dalam proses pengerjaanya ia dibantu oleh dua anaknya. Jika ditotal secara keseluruhan selama satu bulan, ia bisa memproduksi kisaran 70-80 blangkon.
Advertisement