KPK Juluki Rafael Pesilat Canggih
Oleh: Djono W. Oesman
Diduga mencuci uang, ayah Mario, Rafael Alun terus diselidik KPK. Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK, Pahala Nainggolan kepada Pers. Senin (6/3) mengatakan: “Pola silatnya canggih. Pakai nominee. Sulit dilacak.”
—--------
Bukan cuma sulit dilacak, tapi sangat sulit. Juga butuh waktu lama. Sebab, dalam pola silat seperti itu. Orang salah berubah jadi seolah tidak salah. Pahala menggambarkan begini:
"Pakai nominee. Salah nggak? Nggak salah. Gue beli sesuatu, atas nama lu. Nggak salah kan di LHKPN? Kenapa nggak masuk? Orang beli atas nama lu, masak gue masukin? Tapi sebenarnya gue yakin, lu yang beli sesuatu itu.”
LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) yang wajib dilaporkan pejabat negara ke negara. Rafael sudah melaporkan LHKPN senilai Rp 56,1 miliar
Dilanjut: “Udah gitu, pakai PT (Perusahaan Terbatas). LHKPN kalau PT, itu cuma nominal saham. Urusan PT berkembang transaksinya apa, dan lain-lain. Gue nggak bisa lihat. Canggih nggak? Itu antara lain yang gue pelajari. Nanti kalau gue sudah makin paham jurusnya gue kasih tahu.”
Pahala merendah, masih belajar menyusuri pola silat canggih itu. Walaupun pastinya, ia sangat paham pola tersebut. Apa guna ia pejabat tinggi KPK? Problemnya, terduga pelaku juga eks pejabat pajak. Menguasai ilmu silatnya. Sehingga sulit dijerat hukum, karena kecanggihan polanya.
Dari penjelasan itu, betul seperti dugaan pihak KPK di awal pemeriksaan Rafael pada 1 Maret 2023. Waktu itu pihak KPK menggelar konferensi pers, menyatakan, Rafael Alun diduga korupsi bersama geng.
Kini diketahui pihak KPK, gengnya Rafael adalah mantan pejabat pajak juga. Identitas anggota geng Rafael ini sudah dipegang KPK. Diduga, Rafael bersama para mantan pejabat pajak itulah memainkan uang yang diduga hasil korupsi, untuk dicuci. Tekniknya nominee.
Pahala: "Sudah. Identitas eks pejabat pajak itu sudah kami ketahui. Yang kita dapat ketahui dua orang." Nama dua orang eks pejabat pajak itu belum diumumkan KPK.
Ibarat main silat, Rafael dikeroyok tim KPK dan tim PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Mereka kompak bekerjasama melacak kemungkinan uang negara yang dikorupsi.
Pahala: "Jadi, tadi pagi aku komunikasi dengan PPTAK. Jadi, kita sudah tahu namanya siapa, Konsultannya juga apa. Kita sudah tukeran data, apa yang kita dapat dan apa yang PPATK dapat.”
Dilanjut: "Kita sudah merancang strategi bersama, bagaimana caranya. Sekali lagi kalau dari KPK membuktikan ada kejahatan korupsinya dulu pertama, baru TPPU-nya ikut di belakang. Saya sampaikan jelas ke PPATK kita akan cari itu dulu."
Tapi, hebatnya, masyarakat melapor bahwa dua orang eks pejabat pajak geng Rafael itu baru saja kabur ke luar negeri. Laporan masyarakat itu juga sudah diterima pihak PPATK.
Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana kepada pers, Senin (6/3) mengatakan: "Berdasarkan data yang ada, kami menduga ada mantan pegawai pajak yang bekerja pada konsultan tersebut. Kami juga dengar laporan masyarakat, bahwa mereka baru saja ke luar negeri."
Dua mantan pejabat pajak itu belum bisa dikatakan kabur ke luar negeri, sebab mereka belum diperiksa KPK. Bahwa mereka pergi ke luar negeri, saat kasus dugaan Rafael korupsi ini jadi perhatian ratusan juta rakyat Indonesia, mungkin saja kebetulan. Kebetulan kasus ini diusut, kebetulan mereka ke luar negeri. Kebetulan pula KPK telat menyidik mereka.
Meski Pahala menganalogikan Rafael sebagai ‘pola silatnya canggih’, tapi bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya Rafael kepleset. Bukan saja kepleset akibat ulah anaknya, Mario Dandy Satrio secara brutal menganiaya David (17). Tidak cuma itu.
Tapi, saat Rafael diperiksa delapan setengah jam di Kantor Pusat KPK Jakarta, 1 Maret 2023, ia kepleset.
Kesimpulan Rafael kepleset, bersumber dari cerita Pahala. Menceritakaan saat Rafael diperiksa tim penyidik KPK, saat itu.
Pahala: "Waktu kami periksa, ia baik banget. Baik banget, dan menurut gue, ia pede banget.”
Dilanjut: "Semuanya dilaporin. Ini gue sekarang nih, ngecek ke semua jaringan yang kita punya. ternyata semua harta sudah dilaporkan (ke LHKPN). Pede nggak lu kayak gitu? Pede ia. Kalau ada uamh belum dilaporkan, sebangsa Harley Davidson, ya kecil-kecillah. Lu mau lapor sekarang? Gue laporin. Tapi kan HD-nya bodong, apa yang mau dilaporin?"
Maksudnya, motor mewah Harley Davidson milik Rafael yang sering dipamerkan Mario di sosmed, adalah bodong alias tanpa surat-surat dokumen kepemilikan. Dan, motor HD tidak pernah dicegat tilang polisi, meski tanpa dokumen. Begitu rusaknya sistem kemasyarakatan.
Bisa disimpulkan, justru dengan ke-pede-an Rafael saat diperiksa KPK itulah mengherankan penyidik KPK. Umumnya orang diperiksa KPK sebagai target calon tersangka, pastinya grogi. Tapi Rafael justru pede.
Karena, ya… itu tadi. Kata Pahala, “pola silatnya canggih”. Itu pula yang membikin para penyidik KPK semakin kepo. Semakin getol menyelidik. Akhirnya ditemukan ada permainan nominee. Ini kecanggihannya.
Nominee adalah teknik pencucian uang. Intinya orang membeli sesuatu, atau menyimpan uang, atas nama orang lain yang bukan keluarga atau kerabat. Sepintas tidak logis. Dari un-logic itulah diduga, ada suatu kejahatan yang disembunyikan. Nominee bukan cuma terjadi di tindak pidana korupsi, melainkan juga dana terorisme dan uang hasil dagang narkoba.
Dikutip dari United Nation On Drugs and Crime (UNODC)
Pencucian uang adalah kejahatan teroganisir, bukan pelaku tunggal. Gampangnya, pemrosesan uang hasil kejahatan disamarkan, supaya kelihatan legal. Misal, pengedar narkoba membeli sebuah restoran dari uang hasil narkoba. Sehingga uang hasil narkoba atau korupsi atau terorisme, seolah legal. Didapat secara sah.
UNODC membagi teknik pencucian uang jadi tiga tahap yang berbeda. Yakni:
1) Penempatan. Memindahkan atau menempatkan dana dari asosiasi langsung dengan kejahatan. Seperti contoh beli restoran itu.
Tahap ini merupakan awal masuknya uang hasil kejahatan ke dalam sistem keuangan. Tahap ini bertujuan dua: Membebaskan pelaku kejahatan dari memegang sejumlah besar uang tunai yang diperoleh secara ilegal. Dan, uang dimasukkan dalam sistem keuangan yang sah.
Selama tahap ini, pelaku rentan ditangkap. Karena menempatkan sejumlah besar uang tunai ke dalam sistem keuangan yang sah, secara mendadak banyak, bisa menimbulkan kecurigaan aparat.
2) Layering. Menyamarkan jejak untuk menggagalkan pengejaran.
Pelapisan, setelah tahap penempatan. Disebut juga "penataan". Ini tahap pencucian uang yang paling kompleks. Memindahkan dana ilegal secara internasional. Tujuan memisahkan uang haram dari sumbernya.
3) Integrasi. Membuat uang tersedia untuk penjahat. Dari sumber yang tampaknya sah.
Ini tahap akhir proses pencucian uang. Selama tahap ini uang dikembalikan kepada pelaku kejahatan dari apa yang tampaknya sebagai sumber yang sah.
Hasil kejahatan, yang awalnya ditempatkan sebagai uang tunai dan berlapis melalui sejumlah transaksi keuangan, kini terintegrasi penuh ke dalam sistem keuangan dan dapat digunakan untuk tujuan yang sah. Lolos dari pelacakan, lolos dari penyidikan. Sebab, sumber uang dari transaksi yang sah.
Akibatnya, tidak gampang menangkap koruptor yang ahli memainkan uang. Sangat sulit.
Di kasus Rafael, Pahala Nainggolan bercanda begini: "Butuh waktu lama. Sampai gue pensiun pun, jangan-jangan, belum tentu terungkap." Ngeri…
Advertisement