Aksi Keprihatianan KPAI Terhadap Anak Kecanduan Game Online
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, kecanduan anak-anak terhadap game online kian memprihatikan.
Problem ini tak hanya terjadi di Tanah Air, negara lain juga mengalami masalah yang sama.
Anak-anak zaman now lebih suka menghabiskan waktunya bermain game online daripada belajar dan berinteraksi dengan keluarga, atau melakukan permainan tradisional.
Lebih memprihatinkan lagi, sebagian besar orangtua justru memfasilitasi bahkan mengajak anaknya main game online atau nonton YouTube selama berjam-jam. Cara ini biasanya jitu untuk meredam anak-anak yang cenderung rewel.
Untuk menyampaikan pesan keprihatinan ini, komunitas perlindungan anak bersama KPAI turun ke jalan berorasi di seputar Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta.
Pesan keprihatinan yang digelar Senin 11 November 2019 ini, sempat menyita perhatian pengguna jalan raya yang akan menuju Jl Thamrin-Imam Bonjol dan Sudirman.
Setelah berorasi sekitar 30 menit, pengunjukk rasa diminta pihak kepolisian untuk meninggalkan lokasi dengan dalih untuk keselamatan pengunjuk rasa sendiri.
Dalam aksi ini, komunitas peduli anak, membawa poster berisi himbauan kepada orangtua supaya melindungi anak-anak dari kecanduan gadget.
Aktivis KPAI, Merdeka Sirait mengatakan, aksi ini merupakan bagian dari ihtiar untuk mencegah ketergantungan anak pada gadget dan game online.
"Kalau dibiarkan berdampak buruk pada anak-anak. Merusak mata, malas belajar, dan tidak peduli pada lingkungan," ujarnya.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Harris Iskandar mengatakan, aksi-aksi semacam itu harus sering disuarakan agar menghindari ketergantungan anak pada gadget.
"Kalau dulu anak nangis minta dibelukan mainan atau jajan. Sekarang kalau nangis yang diminta handphone," kata Harris ketika dihubungi ngopibareng.id.