Kota Probolinggo Kekurangan Truk, Sampah Telat Diangkut
Terbakarnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kota Probolinggo berdampak terhadap kinerja pengangkutan sampah dari sejumlah tempat penampungan. Soalnya, dari 15 truk pengangkut sampah, lima truk di antaranya hangus dan rusak berat.
“Kalau ditanya soal dampak kebakaran lima truk pengangkut sampah jelas berdampak pada kinerja kami, soalnya jumlah armada berkurang 33%,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, Rachmadeta Antariksa, Senin sore, 30 Agustus 2021.
Pasca kebakaran TPA Sampah di Jalan Anggrek, DLH hanya bisa mengoperasikan 10 truk pengangkut sampah. “Kami mohon maaf kepada masyarakat, kalau ada keterlambatan jam pengangkutan sampah. Misalnya, sampah biasa diangkut pagi menjadi siang hari,” katanya.
Disinggung solusinya, Deta, panggilan Rachmadeta Antariksa mengatakan, memang harus beli armada truk lagi. “Sambil menunggu ketersediaan anggaran untuk beli truk lagi, ya truk yang tersisa dioptimalkan,” ujarnya.
Lima truk yang terbakar itu selama ini melayani pengangkutan sampah dari sejumlah tempat seperti, penampungan sampah di Pasar Baru (Jalan Siaman), Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), dan Pasar Mangunharjo.
Kelima truk yang kini jadi rongsokan setelah dilalap api itu terdiri atas, dua truk compactor (dilengkapi peralatan untuk memadatkan sampah), dua dump truck, dan satu truk biasa. Bangkai-bangkai truk itu dibiarkan teronggok di garasi TPA Sampah karena menunggu penyelidikan dari pihak kepolisian terkait kasus kebakaran.
Disinggung besarnya kerugian material akibat hangusnya lima truk itu, Deta menyebutkan angka sekitar Rp4,5 miliar. “Soalnya dua truk compactor yang tergolong masih bar sekitar 3 miliar, dua dump truck sekitar Rp800 juta, dan sebuah truk biasa Rp300 juta. Ini belum bangunan garasi truk di TPA yang juga hangus,” ujar mantan Kabag Pemerintahan itu.
Deta menyebut Taman Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di kawasan Jalan Lingkar Utara (JLU) itu rawan terbakar. Tumpukan sampah yang dipadatkan dan ditimbun di dalam tanah (sanitarylandfill) menyimpan gas methan, yang gampang terbakar.
“Kemarin malam itu yang terbakar bangunan garasi dan lima truk di dalamnya, bukan tumpukan sampah,” jelasnya.
TPA Sampah di kawasan pesisir utara, Kecamatan Mayangan itu juga menghadapi problema keterbatasan lahan. Dari tiga shelter, kini tersisa satu shelter yang hampir penuh.
“Setiap hari volume sampah yang masuk ke TPA sekitar 70 ton, didominasi sampah domestik, dari rumah tangga ditambah dari pasar,” kata Deta.
Dengan penambahan sampah sebanyak itu setiap hari, maka pada 2022 mendatang diperlukan pembuatan shelter baru.
Seperti diketahui TPA Sampah di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan itu terbakar, Minggu malam, 29 Agustus 2021. Bangunan garasi dan sebanyak lima truk di dalamnya hangus kebakaran. (*)
Advertisement