Kota Malang Segera Terapkan Sistem Angkot Online
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berencana akan segera menerapkan Angkutan Kota (Angkot) berbasis online.
Hal itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Wasto, yang mengungkapkan bahwa aplikasi angkot online tersebut dinamakan Tron.
Aplikasi Tron tersebut dapat diunduh di gadget masing-masing. Nantinya pada menu aplikasi akan muncul pilihan trayek angkot seperti AL, GL, LDG dan lain sebagainya.
"Ketika anda memilih angkot AL di kawasan Balai Kota misalnya, akan keluar pemberitahuan jam berapa angkot Anda sampai menjemput Anda di lokasi," ujarnya pada Kamis 26 September 2019, di Balai Kota Malang.
Nantinya, lanjut Wasto, aplikasi akan mengarahkan penumpang ke angkot yang terdekat sesuai dengan lokasi penjemputan.
"Nanti akan keluar menit penjemputan dan tempat tujuan turun. Sehingga sopir nggak ribet cari penumpang apalagi ngetem," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai kapan sistem angkot online tersebut akan diterapkan, Wasto menjawab agar secepatnya terealisasi.
"Kelamaan lah kalau tahun depan. Pokoknya Dishub sudah membuat skemanya, aplikator siap jalan. Realisasinya segera," terangnya.
Wasto menambahkan, sistem angkot online di Kota Malang akan mengadaptasi hal serupa yang telah diterapkan di Kota Bekasi.
"Ini di Bekasi sudah pakai. Dan tadi sudah saya tanya gimana testimoni di Bekasi. Katanya disana pendapatan sopir naik dan penumpang lebih mudah," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang, Handi Priyanto mengatakan untuk aplikasi ini tidak ada pemaksaan, sopir angkota mau atau tidak terserah. Tahap sosialisasi akan menyasar seluruh trayek.
"Justru ini mengurangi kemacetan, karena nanti sopir sudah tahu harus kemana-kemananya. Untuk tarif sesuai tarif angkot saat ini (Rp 4000). Dengan aplikasi ini kami harap sopir angkot kembali eksis," jelasnya.
Menanggapi program tersebut, salah satu sopir angkot dengan trayek Arjosari-Landungsari, Nanang, mengatakan bahwa banyak pengemudi angkot yang sudah tua, sehingga nantinya kesulitan mengoperasikan gadget lantaran tidak mengikuti perkembangan teknologi.
"Banyak sopir angkot yang sudah tua-tua. Megang HP aja jarang. Kerjaan kok dibuat ruwet aja," keluh Nanang terkait upaya Pemkot Malang menerapkan sistem baru itu.
Namun yang harus diingat, Pemkot Malang tak memaksakan semua sopir menggunakan aplikasi ini. Sehingga memakai atau tidak, itu hak masing-masing sopir angkota.