Kota Malang Kembali Alami Deflasi pada September 2020
Kota Malang kembali mengalami deflasi pada periode September 2020, tercatat perekonomian menunjukkan angka -0,05 persen. Pada periode sebelumnya yaitu Agustus 2020, Kota Malang mencatatkan deflasi sebesar -0,06 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Sunaryo menerangkan kelompok pengeluaran yang menyumbang adeflasi yaitu pada kelompok pengeluaran transportasi yang mengalami penurunan harga sebesar 0,30 persen, lalu disusul kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,22 persen.
"Selain itu, kelompok pengeluaran lain yang menyumbang deflasi Kota Malang adalah penurunan pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yang tercatat sebesar 0,01 persen," tuturnya pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Untuk komoditas yang menyumbang deflasi di Kota Malang kata Sunaryo yaitu tiket pesawat yang mengalami penurunan sebesar 3,71 persen, daging ayam ras sebesar 2,0 persen, telur ayam ras sebesar 4,29 persen, cabai rawit sebesar 12,89 persen, dan emas perhiasan turun sebesar 0,69 persen.
Di sisi lain kelompok penghambat deflasi di Kota Malang ada pada kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen, lalu ada kelompok perawatan pribadi, dan jasa lainnya naik sebesar 0,16 serta penyedia makanan, dan minuman restoran naik 0,01 persen.
"Untuk komoditi penghambat deflasi, diantaranya adalah kenaikan harga bawang putih sebesar 8,43 persen, sepeda motor naik 0,85 persen, bawang merah 3,37 persen, dan minyak goreng naik sebesar 0,66 persen," ujarnya.
Dengan catatan tersebut, sepanjang Januari hingga September, Kota Malang mengalami 4 kali deflasi dan 5 kali inflasi. Catatan tersebut membuat Kota Malang pada periode Januari hingga September 2020, membukukan inflasi sebesar 0,83 persen.
Angka inflasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan pada tahun sebelumnya dengan periode yang atau Years on Years (YoY) sebesar 1,22 persen.
"Inflasi tahun ke tahun (YoY) Kota Malang pada 2020, merupakan yang terendah dalam sepuluh tahun terakhir," terang Sunaryo.
Sementara itu menurut Kepala Kantor Perwakilan (Kanwil) Bank Indonesia Malang, Azka Subhan adanya deflasi menunjukkan daya beli masyarakat yang cenderung melemah, sehingga menyebabkan beberapa harga komoditas di pasaran turun.
"Daya beli masyarakat turun kalau yang beli tidak banyak keuntungan berkurang. Maka harga barang akan lebih murah, karena demand kurang, supply juga kurang," tutupnya.
Advertisement