Seoul : Korea Utara pada Selasa 4 Juni 2017 menyatakan berhasil menguji peluncuran peluru kendali antarbenua (ICBM), yang diperkirakan bisa mencapai negara bagian Alaska, Amerika Serikat. Peluncuran itu dilakukan hanya beberapa hari menjelang pertemuan puncak G20, yang khusus membahas cara masyarakat antarbangsa menghentikan pengembangan senjata dan nuklir Pyongyang. Menurut keterangan kantor berita Korea Utara, peluru kendali itu terbang sejauh 933 km dengan ketinggian mencapai 2.803 km selama 39 menit. Peluru kendali itu kemudian jatuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang setelah diluncurkan dari lapangan udara Panghyon, kata pernyataan pejabat Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. "Percobaan itu dilakukan dengan sudut tembak sesempit mungkin, sehingga tidak memiliki dampak buruk terhadap negara tetangga," kata kantor berita KCNA. Korea Utara juga mengklaim rudal antarbenua itu bisa digunakan untuk menyerang negara mana pun di dunia. Namun demikian, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengaku tidak percaya jika negara tetangganya sudah berhasil mengembangkan rudal antar benua. Pihaknya menduga rudal yang diluncurkan pada Selasa itu hanya berdaya jelajah menengah. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, langsung menanggapi aksi Pyongyang dengan menulis di Twitter, "Korea Utara baru saja meluncurkan rudal kembali. Apa orang ini tidak punya hal lain yang bisa dikerjakan?" "Korea Selatan dan Jepang tidak akan terus bersabar. Mungkin China juga akan memperbesar tekanan ke Korea Utara untuk menghentikan situasi tidak masuk akal ini," tulis Trump. Kementerian Luar Negeri China mendesak semua pihak untuk tetap menahan diri. Juru bicara kementerian itu, Geng Shuang, menegaskan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB sudah jelas melarang Pyongyang untuk meluncurkan rudal sehingga pihaknya menentang aksi tersebut. Pyongyang akhir-akhir ini terus melakukan uji coba rudal dalam intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun beberapa analis masih ragu negara itu bisa mengembangkan rudal antar benua yang bisa mencapai target di Amerika Serikat. David Wright, direktur Global Security Program di lembaga Union of Concerned Scientists, memperkirakan bahwa rudal terbaru terbang sangat tinggi mencapai lebih dari 2.800 km. Rudal itu bisa mencapai target dengan jarak maksimal 6.700 km dengan trayektori standar, kata Wright. "Jarak itu tidak akan mampu mencapai daratan Amerika Serikat di selatan Hawaii, namun bisa menyasar Alaska," kata dia dikutip Reuters. (ant/wah)