Korban Tragedi Kanjuruhan Tewas Karena Asfiksia, Bukan Bom Asap?
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo mengatakan mayoritas penyebab kematian korban tragedi Kanjuruhan karena asfiksia atau gangguan pernapasan akibat terinjak-injak.
"Karena asfiksia. Yang jelas itu mereka berdesak-desakan lalu terinjak-injak. Sehingga, di beberapa bagian tubuh ada yang memar karena kena kaki," ujarnya.
Meski begitu, Wiyanto tidak menyebutkan jumlah pasti berapa jumlah korban yang meninggal dunia akibat terinjak-injak saat berdesak-desakan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. "Jumlahnya saya lupa. Itu laporan dari rumah sakit," katanya.
Sementara, Kasubag Humas dan Pemasaran RSUD Kanjuruhan, Etik Nurhayati mengatakan, hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti meninggalnya sejumlah korban tragedi Kanjuruhan.
Namun berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh RSUD Kanjuruhan ditemukan beberapa luka yang diduga akibat adanya benturan, terjepit, terinjak atau terjepit.
"Dari pemeriksaan fisik diduga akibat trauma. Trauma disebabkan banyak hal, bisa karena benturan, jatuh, terinjak atau terjepit," ujarnya.
Ditambahkan Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol Erwin Zainul Hakim, data-data akibat kematian korban tragedi Kanjuruhan ini bisa dipertanggungjawabkan secara medis maupun secara administrasi karena sudah melalui proses pencocokan data.
"Kami bekerja sama dengan pemda terkait mengecek ke seluruh kecamatan kelurahan, dikroscek dengan data yang sakit, sehingga data tersebut valid," ujarnya.
Erwin mengatakan, mayoritas korban mengalami gangguan kesehatan berupa asfiksia atau gangguan pernapasan. "Di fasilitas rumah sakit pemerintah kebanyakan memang muncul gejala asfiksia," katanya.
Diketahui, tragedi Kanjuruhan ini telah menelan korban sebanyak 132 meninggal dunia. Sementara, korban luka ringan hingga sedang mencapai 596 orang, dan korban luka berat 26 orang. Total korban tragedi Kanjuruhan mencapai 754 orang.
Hingga saat ini korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 12 orang. Rinciannya sembilan orang dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) dan tiga orang di RSUD Kanjuruhan. "Rawat inap ada 12 orang dan 610 orang jalani rawat jalan," kata Wiyanto Wijoyo.
Advertisement