Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Rasakan Dampak Gas Air Mata
Sejumlah saksi korban Tragedi Kanjuruhan mengaku hingga sekarang masih merasakan sakit yang ditimbulkan akibat tembakan gas air mata dari pihak kepolisian, pada Sabtu, 1 Oktober 2022, lalu.
Hal itu diungkapkan di sidang tiga terdakwa. Yakni Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
Salah satu saksi, Dayanka Wijaya mengatakan, ketika kerusuhan terjadi, seorang petugas kepolisian menembakkan gas air mata di lokasi tempatnya berdiri, yakni di tribun 12.
“Melihat tembakan di atas (saya). Saya kira petasan, (arahnya) itu dari dalam (lapangan), petugasnya di lintasan lari, saya enggak tahu (jatuhnya proyektil dimana),” kata Wijaya, di PN Surabaya, Selasa, 31 Januari 2023.
Kemudian, kata Wijaya, gas air mata tersebut membuatnya pusing hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Bahkan, dia harus menjalani rawat inap selama 10 hari, guna memulihkan kondisnya. “Saya sesak nafas, kepala sakit, pingsan, trauma, sempat dirawat di rumah sakit 10 hari. Saya di rumah sakit sudah di BAP,” jelasnya.
Namun, Aremanita asal Karangploso, Malang tersebut mengaku masih merasakan dampak gas air mata itu hingga sekarang. Dia masih kerap mengalami sesak nafas apabila melakukan kegiatan.
“Setelah dari rumah sakit belum bisa aktifitas normal, paru-paru tersengal buat jalan. Jalan agak susah, akhirnya istirahat di rumah. Masih ada sesak nafas dan pusing, (kata dokter) masih ada infeksi di paru-paru,” ucapnya.
Sementara itu, korban lainnya, Eka Sandi Fernanda mengatakan, terkena gas air mata ketika berada di tribun 13. Peluru dari senjata bernama flash ball tersebut juga melintas di atasnya.
“Saya terkena proyektil letusan di tribun ujung atas, (ketika itu suporter) tidak chaos. Saya kira kembang api, (ketika dilihat) serpihan gas air mata masuk mata, meledak di atas,” kata Eka.
Eka mengaku sempat tidak bisa melihat apapun, usai matanya terkena serpihan gas air mata tersebut. Bahkan, dia sempat terjatuh dan terinjak suporter yang berusaha menyelamatkan diri.
“Mata sebelah kiri terkena serpihan, pedih, berdarah, itu gak bisa melihat. (Tubuh) lemas, jatuh, terinjak, akhirnya dibopong tembok paling atas,“ jelasnya.
Karena tak bisa melihat, Eka hanya bisa mendengar letusan tembakan flash ball di Stadion Kanjuruhan. Dia akhirnya bisa selamat usai sejumlah aremania membawanya ke RS Bhayangkara Hasta Brata.