Korban Tewas di Poltekpel Surabaya Mengeluh Sering Dihajar Senior
Ayah dari mahasiswa yang ditemukan tewas di kamar mandi kampus Politeknik Perkapalan (Poltekpel) Surabaya, menduga anaknya merupakan korban penganiayaan dari senior. Ayah korban, Muhammad Yani mengatakan jika anaknya yang berinisial, MRFA tersebut, sering mengeluh lantaran kerap mendapatkan perundungan dan kekerasan.
“Sebelumnya anaknya, sering mengeluh kalau di rumah cerita sering di-bully, dihajar sama seniornya,” kata Yani, Selasa, 7 Februari 2023.
Bahkan, pemuda 20 tahun tersebut hampir saja menyerah dengan pendidikan yang dijalaninya. Padahal, dia baru menginjak semester 1, sebagai mahasiswa Poltekpel Surabaya.
“Terus bilang, ini kalau kuat saya teruskan. Kalau nggak kuat saya akan keluar. Saya bilang, Nak kalau nggak kuat keluar saja nanti cari usaha lain juga bisa,” jelasnya.
Oleh karena itu, Yani menduga, korban meninggal usai mendapatkan penganiayaan dari para seniornya. Sebab, anaknya tersebut baru bersekolah lima bulan.
“Enggak tahu awalnya, tapi kalau junior mungkin sama seniornya dibuat tradisi sering dihajar,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Yani, perwakilan sekolah mengaku jika korban meninggal dunia lantaran terpeleset di kamar mandi. Namun, dirinya tidak mempercayai hal tersebut.
“Kalau penuturan kata pembinanya, terpeleset di kamar mandi kan ya enggak masuk akal. Makanya saya laporkan ke polisi,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Poltekpel Surabaya, Heru Widada mengatakan, perkara dugaan penganiayaan kepada MR, 20 tahun, itu tengah didalami Polrestabes Surabaya.
“Kejadian ini sudah ditangani Polrestabes Surabaya, awalnya dari Polsek, tapi kini ditarik oleh Polrestabes Surabaya,” kata Heru, Selasa, 7 Februari 2023.
Saat ini, kata Heru, total sudah ada 12 saksi yang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Mereka merupakan mahasiswa yang diduga mengetahui kejadian sebelum korban tewas.
“Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9 sampai 12 orang (taruna) di Polrestabes Surabaya,” jelasnya.
Advertisement