Korban Prostitusi Anak di Surabaya Dipaksa Layani Tamu 20 Kali Sehari
Salah satu anak di bawah umur menjadi korban pekerja seks komersial (PSK) asal Sumatera Selatan. Ia dipekerjakan oleh seorang muncikari berinisial YY, usia 24 tahun. Korban mendapat perlakuan yang tidak manusiawi.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono mengatakan, YY dibantu oleh keenam rekannya yang bertugas sebagai joki dan berusaha mencari pria hidung belang yang berminat kepada para korban tersebut. Tarif yang dipatok pun beraneka ragam. Mulai Rp300 ribu sampai Rp1 juta.
"Mereka bertugas menggunakan aplikasi kencan MiChat dengan nama grup 'bismilah', sehingga saat ada klien yang tertarik, mereka sebenarnya berkomunikasi dengan para joki. Mereka lalu memberikan petunjuk dan mempertemukan para tamu dengan PSK," ungkap Hendro, Selasa 14 Mei 2024.
Hendro mengungkap, YY biasanya mempekerjakan empat korban untuk melayani para tamu dalam intensitas yang berbeda. Hingga terungkap fakta yang menyayat hati, lantaran korban di bawah umur tidak sepantasnya mendapatkan kekerasan seksual.
"Dari keempat korban tidak semuanya sama (pekerjaannya), salah satu korban perhari bisa melaksanakan tugasnya sebanyak 10 sampai 20 kali," terang Hendro.
Bisnis lendir ini dijalankan YYnsejak bulan Januari 2024. Ia mendapatkan keuntungan fluktuatif.
"YY mendapatkan rata-rata keuntungan kisaran di angka Rp30 juta perbulannya. Para joki tersebut juga memperoleh komisi dari YY bervariasi jumlahnya, mulai dari Rp75 ribu sampai dengan Rp450 ribu, berdasarkan uang yang dihasilkan dari setiap aktivitas prostitusi yang dilancarkan tersebut," terang Hendro.
Seluruh uang yang diterima oleh YY tersebut hanya dibagikan kepada para rekannya yang bertindak sebagai joki. Para korban yang telah bersusah payah melayani para pria hidung belang tidak pernah menerima pendapatan. YY berdalih untuk membayar hutang.
"Uang dari semua tamu dikuasai oleh YY. Para korban tidak pernah menerima hasil kerjanya. YY selalu berdalih bahwa para korban masih mempunyai hutang kepadanya untuk biaya akomodasi dari Sumatera Selatan ke Surabaya, dan untuk biaya hidup sehari-hari," beber Hendro.
Seperti diberitakan Ngopibareng.id sebelumnya, keempat korban yang sudah putus sekolah, di antaranya MP, 17 tahun, SA 16 tahun, NDA 15 tahun, dan V 16 tahun dibawa oleh YY 24 tahun seorang mucikari, dari kampung halamannya Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan.
Hendro menjelaskan, beberapa dari korban sudah mengetahui bahwa akan dipekerjakan sebagai PSK. Adapula yang ditawari bekerja sebagai penjaga toko dan diiming-imingi upah yang menggiurkan.
"Mucikari tersebut menjanjikan sekian persen namun para korban tidak pernah dapat bagian dengan alibi para korban masih berutang kepada YY. Hal ini kemudian yang memicu korban melaporkan ke polisi," jelas Hendro.