Korban Kecelakaan Kerja Pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora Terancam Kehilangan Pendidikan Anaknya
Keberlangsung pendidikan dua anak korban peristiwa jatuhnya crane proyek pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora, Sumar, terancam. Pasalnya, kondisi korban saat ini tak memungkinkan untuk mencari nafkah.
Istri Sumar, Listiana, mengaku bingung terkait pembiayaan pendidikan anak mereka.
"Anak saya ada dua, satu mondok di pesantren Khozinatul 'Ulum (Blora) dan yang satu lagi ini masih kelas enam (SD) dan mau lulus. Saya bingung untuk biaya pendidikannya," kata Listiana.
Listiana khawatir, akibat kecelakaan itu berimbas pada biaya pendidikan kedua anaknya lantaran Sumar mengalami luka patah tulang yang serius, di bagian tulang kaki, tulang belakang, hingga tulang rusuk.
"Uang saku sekolah, bayar sekolah, bayar pondok (pesantren), dari mana? Kan saya tidak punya," keluh Listiana.
Hingga saat ini, Listiana belum menerima bantuan untuk beasiswa pendidikan anaknya. Baik dari Muhammadiyah maupun pemerintah Kabupaten Blora hingga tingkat desa.
"Setiap minggu masih dapat gaji mingguan. Setiap Minggu dapatnya Rp520 ribu. Jadi seharinya sekitar Rp85 ribu (penghasilan suaminya)," kata Listiana.
Listiana khawatir tentang masa depan pendidikan anaknya jika Sumar tidak dapat bekerja lagi.
"Saya sekarang tidak bekerja, fokus pada kesehatannya bapak," kata Listiana.
Listiana mengungkapkan, bahwa keluarganya telah menerima beberapa bantuan dari beberapa pihak, namun belum cukup untuk membiayai pendidikan anaknya.
Rinciannya, waktu kejadian berupa uang makan Rp1 juta, saat perawatan di Solo Rp3 juta, dari Baznas Rp1 juta, dan dari RS PKU Muhammadiyah Blora Rp2 Juta.
"Kalau sesuai akad untuk tali asih untuk kecelakaan itu tidak pernah ada. Setahu saya yang Rp3 juta di Solo itu untuk biaya kehidupan di Solo," kata Listiana.
"Bupati ya tidak ada ke sini (memberi bantuan)," ujarnya.
Advertisement