Penyintas Fetish Jarik Minta Korban Gilang Untuk Speak Up
Satu korban Gilang Aprilian Nugraha, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair), mengaku mengalami trauma berkepanjangan. Penyintas berinisial ES ini mendorong korban Gilang lainnya agar berani speak up dengan melapor ke help center, sekaligus mencari pertolongan jika mengalami trauma.
ES, teman seangkatan Gilang mengaku menjadi korban Gilang di tahun 2015. Mereka bertemu saat sama-sama menjadi mahasiswa baru di Surabaya. ES yang menginap di tempat kos Gilang, menjadi korban fetish jarik pelaku. Korban terbangun dengan kondisi terbungkus kain jarik serta mengalami kekerasan seksual dari pelaku tanpa bisa melawan.
"Setelah kejadian malam itu, saya sudah tidak mau berteman dengan Gilang lagi. Waktu itu saya merasa kotor, risih, menciut, karena punya aib. Sempat juga aku mengucilkan diriku dari teman-teman," ujar ES kepada Ngopibareng.id.
Trauma korban ES ini pun berlangsung beberapa bulan hingga ia mencoba self healing untuk menyembuhkan traumanya. ES mencari pelarian lain yang positif, untuk melupakan kejadian yang terus menghantui di benaknya.
"Saya kerja part time, aktif dalam organisasi di kampus dan itu memang berhasil bagi diri saya saat ini," kata ES.
Saat ini ES mengaku dalam kondisi lebih baik, dan sedang menjalani hari dengan baik untuk menyambut masa depannya.
Namun, saat itu ia tak berani melakukan konseling dengan melibatkan pihak lain. Ia merasa malu menuturkan kisahnya kepada orang lain. Meski ia menjadi korban kekerasan seksual Gilang, namun ia merasa takut bercerita pada orang tua. Pun pada pihak fakultas, lantaran malu.
"Kalau memang pihak fakultas FIB Unair mengatakan tidak ada laporan itu memang benar, karena saya tidak pernah melapor apa-apa waktu itu," imbuhnya.
Meski demikian, ES saat ini tak keberatan bila harus melakukan konseling yang difasilitasi oleh FIB. Ia pun akan kooperatif bila pihak kampus atau kepolisian meminta keterangan padanya.
Ia juga berpesan untuk korban Gilang lainnya agar lebih bijak bila ingin bersuara. Menurutnya jika ingin speak up lebih baik memanfaatkan sarana help center yang disediakan, juga mencari konseling yang tepat jika merasa butuh pertolongan.
"Kalau menurut saya, speak up yang benar jangan di media sosial, karena bisa jadi bumerang buat diri sendiri. Kalau memang mau mengadu, ada konseling dan help center, manfaatkan. Saya mengerti speak up butuh keberanian dan mental yang kuat. Tak mudah bangkit dari yang kamu alami," kata ES, sambil memberikan semangat dan penguatan pada korban Gilang lainnya.