Korban Gempa Khawatirkan Kesehatan di Tenda Pengungsian
Korban gempa tektonik 7 Skala Richter 5 Agustus, di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengkhawatirkan kesehatannya selama berada di tenda pengungsian.
Seperti yang diungkapkan Anisa (24), warga Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Ibu yang memiliki seorang balita itu mengaku khawatir jika nantinya musim penghujan tiba.
"Tadi malam saja sekitar jam tiga, hujannya deras sekali. Kita jadi tidak bisa tidur, airnya ngalir masuk ke tenda, bagaimana ini ya, bingung mau ke mana," kata Anisa ketika ditemui Antara di posko pengungsian Desa Kekait, Kabupaten Lombok Barat, Kamis sore (16/08).
Anisa yang mengaku atap rumahnya rata dengan pondasi bangunan itu pun mengkhawatirkan kesehatan anaknya yang masih berusia balita.
"Anak saya dua hari ini tidurnya kurang. Di sini banyak nyamuk, kalau ada `minyak telon` pak," pintanya sembari mengibaskan selendang di atas tubuh anaknya yang sedang tidur lelap.
Begitu juga dengan Ahmad (32), warga Jambianom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.
Ketika ditemui Antara Kamis siang, dia terlihat sedang terbaring lemas dengan wajah pucat di atas sebuah tikar berteduhkan pohon mangga.
"Demam pak, sudah dua hari. Sudah ke dokter," kata istrinya sembari memijit kepala Ahmad.
Dari pantauan Antara, pascagempa mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya, banyak warga yang membangun tenda pengungsian darurat. Tidak hanya karena kondisi rumah warga banyak yang rusak berat, namun khawatir akan terjadi gempa susulan menjadi alasan mereka sampai bertahan di tenda pengungsian.
Menurut data dari Posko Tanggap Bencana Gempa Bumi Kabupaten Lombok Barat, gempa berkekuatan 7,0 SR pada Minggu 5 Agustus lalu mengakibatkan kerusakan sebanyak 48.594 rumah, 221 fasilitas peribadatan, 24 fasilitas kesehatan, 87 fasilitas pendidikan, 4 jembatan,129 toko dan kios serta sedikitnya 134.683 jiwa mengungsi di 4 Kecamatan wilayah Kabupaten Lombok Barat. (an/hs)