Kopilogika, Gaya Bisnis Anak Kos Sembari Ngopi
Home Brewer. Ini istilah keren dari menyeduh kopi dengan alat-alat penyeduh kopi manual yang sangat kekinian. Ceruk bisnisnya oke, massa-nya juga terus bertumbuh.
Home brewer identik dengan kesenangan personal. Selaras dengan hobi. Sebuah gaya ngopi dan menikmati kopi untuk rumahan. Aktivitas seduh kopi untuk dinikmati sendiri. Mungkin juga, untuk kawan yang sedang bertandang atau tetamu yang mampir silaturahmi.
Melangkah sedikit, melompat agak tinggi sedikit, home brewer sudah menjadi aktivitas yang berbeda. Menjadi profesional. Menjadi ladang mencari duit. Menjadi sawah tumpuan penghidupan.
Menandai home brewer yang menapaki jenjang profesional tidak terlalu sulit. Ada tenda, ada gerobak, ada bentor, ada kios, ada garasi, ada rumah, ada ruko, mungkin ada yang lebih wah dan mewah, di pengkolan jalan, di dalam kampung, dekat mal, dekat taman, dekat kampus, dll, kemudian ada alat-alat seduh kopi manual, ada toples-toples berisi roasted bean kopi, ada pack-pack/kemasan yang dari lubang khusus anginnya tercium bau kopi, kemudian ada tulisan "OPEN" maka jadilah dia profesional. Atau, minimal, dia sudah mencoba profesional dengan obyek kopi.
Kopilogika, atau Kophilogica dalam bahasa Inggris, setidaknya begitu menurut penuturan Syafiq Mugni, mulanya dia adalah home brewer. Bertualanglah dia dengan kopi. Membelilah dia peralatan kopi seduh manual. Lalu, berkawanlah dia dengan orang-orang kopi. Dua tahun kemudian, home brewer yang melekat padanya mulai bergeser menjadi profesional. Maka berdirilah kedai kopi dengan nama unik itu.
Menurut Syafiq, Kopilogika berdiri ibarat sambil menyelam minum air. Sembari kuliah dia juga bekerja. Sembari belajar dia juga mencoba berekonomi dan menghasilkan uang. Juga, menyelamatkan hobi dan membantu meringankan orang tua yang menyuport biaya kuliah.
Anak muda asli Krian, Sidoarjo, ini memang sedang menempuh studi di Universitas Negeri Islam Sunan Ampel di Surabaya. Dulu adalah IAIN Sunan Ampel. Syafiq berada di Fakultas Tarbiyah dengan mengambil jurusan Bahasa Inggris. Sepertinya, sedikit lagi, sudah waktunya mengerjakan skripsi. (Mungkin skripsinya akan bertemakan kopi andaikan kopi bisa dibedah dengan pisau analisis semiotika orang-rang kopi, kan asyik to hehehehe).
Kata Syafiq, tidak murah biayanya manakala home brewer menggeser sedikit logika seduh kopinya. Kalau di rumah dia hanya perlu beberapa saja alat kopi, maka ketika menjadi profesiona mau tidak mau dia harus mengompliti peralatan seduh manualnya.
Tak hanya cukup bermodal 1 alat V60, 1 alat server kopi, 1 handgrinder, dan sebiji ketel leher angsa. Tidak itu juga, dia harus mencari tempat yang dirasa cukup strategis agar mampu menjaring konsumen.
Sedikit nekat, Syafiq yang.mengaku memperoleh ilmu kopinya dari "nyantrik" ke pelbagai kedai kopi seduh manual itu, menyewa rumah di pinggiran Frontage Jalan Ahmad Yani Surabaya. Tak jauh dari kampusnya, cukup dekat UINSA itu. Kawasan mahal, kawasan yang cukup berdenyut jika ditaruh sebuah kedai kopi.
"Sewanya mahal. Harus sewa dua tahun. Total sewa dua tahun itu 50 juta rupiah. Sementara alat kopi yang sudah terbeli sekitar 15-an juta. Cukup ngeden juga sih, tapi syukur, kalau melihat hitungan modal bisa kembali. Bagi saya, bukan keuntungan yang terpenting, pengalaman berbisnis dan menjadi profesional dengan kopi, itu yang saya cari," kata dia yang mengaku mengelola sendiri kedainya sembari dibantu 2 adiknya yang juga kuliah di Kampus UINSA.
Logika perjuangan menjadi pro inilah mungkin salah satu yang mengilhami Syafiq menamai kedainya dengan Kopilogika.Selain, kata dia, dengan kopi orang kadang sering lupa diri. Lupa waktu. Lupa semuanya karena keasyikan membicarakan kopi dan hal-hal lain terkait kopi. Atau juga hal lain yang tidak ada hubungannya dengan kopi sama sekali.
Karena anak kampus, wajar kalau kedainya selalu ramai dengan orang kampus. Tidak hanya teman, sahabat, kenalan baru, adik mahasiswa, tetapi juga para dosennya selalu tak lupa mampir ngopi.
Memang, kata pak dosen yang menyempatkan khusus mampir ngopi, belajar tak melulu harus selalu berada di kampus, di kedai seperti ini transfer segala ilmu malah bisa dengan masih terjadi. Oke bos selamat jadi pro ya, tapi jangan lupa selesaikan kuliah. widikamidi