Kopi Sedang Digugat dan Dihajar Isu Kanker, Seperti Apa Denyutnya Kini?
Indonesia lagi demam kopi. Demamnya juga meninggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sebagai akibatnya, dimana-mana, bermunculan aroma kopi bak jamur di musim hujan. Aromanya bahkan mengerucut hingga di tingkat paling bawah yaitu “perayaan” minuman kopi di warung-warung kopi.
Demam kopi ini belum sampai pada puncaknya. Igauannya bahkan mampu memanggil orang-orang yang sebelumnya takut minum kopi menjadi pemburu kopi kelas wahid. Mampu juga mengundang investasi orang-orang yang awam kopi menjadi pengusaha-pengusaha kopi dengan bermacam kelas. Ada yang asyik dengan kelas warungan, ada yang ingin membidik kelas tengah yang berwujud kedai-kedai, hingga nyemplung di segmen premium yang menghadirkan coffee shop-coffee shop ala orang bule.
Euforia kopi itu begitu tak terbendung. Hingga pada dua minggu terakhir, seperti disengat aliran listrik tegangan tinggi, muncul kabar mengejutkan bahwa di area aroma kopi, ketika kopi sudah diproses menjadi minuman, harus ada pencantuman peringatan dini bahwa kopi mampu mengundang penyakit kanker.
Mak jegler, seperti suara petir, dunia pun terkejut. Tak terkecuali di Indonesia yang sedang demam tinggi oleh kopi. Kejutan itu memang tak terjadi di Indonesia tetapi di California, salah satu Negara Bagian Amerika Serikat di wilayah pesisir barat. Undang-Undang disana mengharuskan pencantuman peringatan dini bahwa minuman kopi bisa menjadi penyebab kanker.
Undang-Undang itu bahkan langsung memakan korban. Korban bersarnya adalah raksasa kopi dunia, Starbucks Corp. Perusahaan kopi lainnya pun juga kena imbas yang tak kalah ngeri dengan Starbucks. Disebutkan, Hakim Pengadilan Tinggi Los Angeles, California, Elihu Berle, memutuskan, Starbucks Corp dan perusahaan kopi lainnya harus memasang label peringatan kanker pada produk kopi yang dijual di California.
Menurut Kantor Berita Reuters, Hakim mengatakan, para terdakwa itu – perusahaan-perusahaan kopi – gagal membuktikan bahwa dengan lebih banyak mengonsumsi kopi akan memberi manfaat bagi kesehatan manusia. Maka, mereka wajib memasang label peringatan bahaya kanker pada setiap produknya.
Tak pelak keharusan putusan Pengadilan Negeri di California ini menyebar bagai gelombang virus ke seluruh dunia. Gelombang ini mampir juga secara masif di Indonesia. Coffee shop-coffee shop besar ribut, siap-siap, dan waspada. Sebab orang-orang premium yang menjadi konsumen mereka sangat rentan dengan informasi terkait kanker. Sementara itu, kedai-kedai kopi yang menghadirkan kopi-kopi jenis spesialti pada menu-menu suguhannya secara bergelombang juga melakukan diskusi-diskusi, penyikapan, pencarian data literasi, dan seterusnya.
Warung? Bagaimana dengan warung? Televisi dan beragam berita internet, media sosial, termasuk yang hoax-hoax pasti juga terbaca olehnya. Inilah asyiknya, mereka tampak suantai-suantai saja. Sebab mereka yakin kabar itu seperti angin lalu dan tak berimbas terhadap konsumen. Kopi memicu kanker? Ah siapa takut, palsu itu! Jangankan di California, tulisan besar-besar bahwa rokok menyebabkan kanker saja dilibas sampai tandas.
California memang bukan Indonesia. Di California, sengketa di ranah kopi itu, seperti dilansir Reuters, putusan pengadilan yang mengagetkan Starbucks juga publik dunia, berawal dari gugatan sebuah organisasi nirlaba disana. Boleh jadi, organisasi nirlaba itu, seperti LSM kalau di Indonesia. Organisasi itu mengklaim, ada akrilamida di dalam biji kopi yang dikomsumsi manusia.
Sejatinya, akrilamida, adalah produk sampingan dari biji kopi yang sudah terpanggang, atau biji kopi yang sudah disangrai. Menurut mereka biji kopi yang sudah sangrai dan siap seduh inilah terdapat kadar tinggi akrilamida. Tingginya kadar akrilamida dipahami sebagai bahan berbahaya dan penyebab kanker. Atas bukti itu, mereka menggungat 90 gerai kopi - termasuk Starbucks - dengan alasan mereka melanggar undang-undang California. Bahwa, Undang-Undang itu mengharuskan, perusahaan yang memiliki produk kopi, memperingatkan konsumen dengan pencantuman bahan kimia berbahaya dalam produk kopi mereka dan dapat menyebabkan kanker. (widikamidi/bersambung)