Kata Penyair: Ngopi itu Metafor Peristiwa Anggur di Alkitab
Kopi di tangan petani kopi, jadinya begini. Kopi di tangan penyeduh kopi, jadinya begitu. Kopi di tangan dan di mata eksportir kopi jadinya begini dan begitu. Kopi di tangan seniman, jadilah cerita lalu drama.
Lantas, bila dalam imajiner penyair, kopi jadi seperti apa? Maka: jadilah dia lautan, barangkali juga angkasa. Membentang, seperti tak nampak tepiannya.
Joko Pinurbo, penyair kenamaan dari Jogjakarta, misalnya, dia memetaforkan kopi seperti anggur yang disebut-disebut dalam salah satu kitab suci. Kok bisa?
Surat Kopi, itu buku puisi yang ditulis Joko Pinurbo dan terbit 2014 lalu. Motion Publishing penerbitnya. Dalam "Surat Kopi" itu Joko membawa metafor anggur dalam kopi. Persisnya metafora dari "peristiwa anggur” dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
Secara khusus lagi, kata Joko Pinurbo, adalah kisah perjamuan malam terakhir antara Yesus dan para muridnya. Joko sangat tergugah untuk memberikan nafas spiritual bagi puisi-puisinya dalam Surat kopi itu.
“Saya punya visi personal akan itu. Saya pakai kopi sebagai pengganti anggur. Untuk konteks Indonesia, minuman yang spiritual itu, ya kopi. Makanya, saya pakai metafor kopi, bukan anggur. Biar lebih kontekstual. Dan, bagi saya, minum kopi itu sendiri sebagai peristiwa perjamuan malam terakhir dalam artian yang lain,” paparnya.
Joko Pinurba menyebut, bahwa kopi, juga laku minum kopi, bukanlah sekadar aktvitas biasa. Bukan sekadar aktivitas untuk keren-kerenan seiring menjamurnya banyak tempat ngopi di Indonesia. Kopi dalam aktivitas dan kreativitas penyair seperti dirinya adalah juga semacam ibadah.
Kopi di situ hidup. Kopi di sana dirayakan, pun direfleksikan. Ide dipertautkan, didiskusikan, dan semuanya menjadi ruh penggerak bagi penjalanan hidup manusia. Sementara itu, Alkitab - Kitab Suci -tampil sebagai penuntun, pemberi ide untuk menghasilkan karya-karya yang jatmika.
“Jujur saja, saya ini banyak terinspirasi dari Kitab Suci. Saya curi banyak ide di sana. Menulis itu sebenarnya kan mencuri juga. Hanya tekniknya canggih. Jangan sampai kita hanya meng-copy lurus-lurus karya orang lain,” jelas Joko Pinurbo sembari bersyair: Aku tahu mengapa kau suka minum kopi susu. Kopi membuat matamu menyala, susu membuat matamu manja. (*)