Kopi Lanang Bisa Bikin Jantan? Ah Ngapusi!
Indonesia itu suka latah. Orang-orangnya. Sebab itu, Soekarwo, yang mantan Gubernur Jawa Timur dua periode itu, yang kini mungkin sedang gundah gulana karena namanya katut dipanggil-pangil KPK itu, sering melempar joke teramat lucu.
Joke yang mana? Joke soal orang-orang. Soekarwo sering berujar, "Itu orang apa orang-orangan." Biasanya, Pakde, Gubernur yang suka dipanggil Pakde itu, kalau sudah bicara orang-orangan hadirin akan terpingkal-pingkal. Minimal mesem. Minimal juga, tertawa kecut. Merasa tersindir atau bagaimana.
Orang-orangan, di mata Pakde, bukan orang. Orang jadi-jadian. Bisa setan. Bisa jin. Bisa apa saja, pokoknya bukan orang. Kalau orang beneran pasti bisa diajak ngomong. Kalau jenisnya orang-orangan pasti tidak bisa diajak omong. Medeni malah. "Maka, yang merasa orang harap berdiri!" begitu kata Pakde.
Orang pun lantas gerrrr. Audience terbahak-bahak. Yang "kena" mukanya langsung kecut, tapi mesem juga. Tapi pasti, ndak enak dilihat.
Lalu apa hubungannya latah, orang-orangan, Mantan Gubernur Pakde Karwo, dan kopi lanang? Tidak banyak hubungannya. Hanya sedikit nyerempet. Karena sedikit maka tidak sakit. Tidak seperti kalau diserempet becak. Maka tidak perlu ambulan. Apalagi sampai opname di rumah sakit.
Orang menganggap Kopi Lanang itu kopi istimewa. Apalagi kalau istilah aslinya disebut. Sebagai Peaberry itu. Kemudian bumbu penyedapnya juga disebut, mampu menambah vitalitas. Pria jadi makin jantan kalau minum kopi peaberry itu. Kontan latah pun jadi cetar membahana.
Di mana-mana berdengung kopi lanang. Yang awam kopi lalu memburunya setengah mati. Yang melek kopi - mulai petani, penjual kopi, hingga tengkulak kopi - mengereknya menjadi barang mahal. Karena dicari, karena ada yang beli, harganya pun jadi berlipat ngeri.
Banyak penjelasan sudah menyebut, peaberry itu, kopi lanang itu, sama saja dengan kopi lainnya. Kalau lanangnya robusta pasti pahit. Kalau lanangnya arabika pasti punya bawaan citarasa asam. Kandungan seksualitasnya? Yang katanya menambah vitalitas itu? Yang ibu-ibu juga suka membelikan oleh-oleh kopi lanang itu? Yah... itu...
(Tidak tega saya menyebutnya, biar Pakde Karwo saja bila berkenan yang menjelaskan: ini kategorinya orang, atau orang-orangan. Karena di banyak penjelasan, soal kopi lanang, sudah ada semua)
Orang menganggap Kopi Lanang itu kopi istimewa. Apalagi kalau istilah aslinya disebut. Sebagai Peaberry itu. Kemudian bumbu penyedapnya juga disebut, mampu menambah vitalitas.
Ngapusi? Tidak juga! Kopi Lanang memang ada. Hanya khasiatnya yang berdengung, yang bukan main itu, boleh dibilang ngapusi. Tak ada pengalaman dan sahih yang bisa dipertanggungjawabkan. Atau, Anda bersedia berbagi pengalaman soal "itu"? ngopibareng.id bersedia lho menampung andai ada yang bersedia jadi testimoni.
Kopi Lanang itu (minimal) ada di setiap cabang kopi yang sedang berbuah. Ada beberapa sebab, yang umum adalah salah gen dan karena peristiwa penyerbukan yang tak sempurna. Bisa karena ulah para kumbang, karena faktor angin, kemungkinan juga manusia.
Secara bentuk dia nyentrik. Hanya sendirian dalam selubung kulit kopi. Biasanya, umumnya, kopi isinya dua biji. Kopi lanang isinya hanya satu. Munculnya nama lanang itu sepertinya juga mitos. Mitos yang diciptakan. Kemudian berhasil. Sukses. Dan orang-orang di perkebunan nusantara dibalik sukses mitos itu.
Ikhwalnya adalah begini. Kopi perkebunan nusantara di Jawa Timur adalah pangsa ekspor. Jumlahnya sangat besar. Karena alasan pengolahan di luar negeri, ekspor itu, kopi peaberry ini kena sortasi. Kena sortir. Tak bisa ikut gerbong ekspor. Karena memang, secara fisik kopi peaberry itu volume dan besarannya tak pernah seragam.
Sortasi pun jumlahnya lumayan besar. Kalau dijual sembarangan rasanya kok sayang. Maka diciptakanlah kreativitas itu. Kreativitas maut yang mengundang mitos kejantanan. Sukses besar, yang sortir pun tak kalah lakunya dengan pasaran ekspor.
Mitos memang perlu. Tapi untuk kopi, hanya orang-orangan saja tentunya yang begitu bersemangat memburu makna seksis dalam aroma kopi. (*)