Kopi Indonesia Favorit Bukan Main di FITUR Madrid
"Jangan pernah pandang enteng kopi Indonesia. Sekali kena aromanya, sekali kena citarasanya, sekali berhasil menyeruputnya akan terkenang selama hayat di kandung badan."
Saya lupa dialog ini terucap dari siapa. Entah baca buku VOC dan Kopi, nonton drama, cerita petani kopi, canda eksportir kopi, atau dialog para pegiat kopi. Mungkin juga mulut-mulut barista yang begitu kesengsem menyeduh kopinya sendiri: Kopi Indonesia.
Dialog jangan pernah pandang enteng kopi Indonesia itu rasanya begitu pas banget untuk menyatakan betapa hebohnya warga Madrid-Spanyol begitu melihat kopi Indonesia dipamerkan di sana. Mereka buru-buru "mengepung" booth pameran. Tangan-tangannya pada megang dompet, seperti buru-buru mau membayar. Kemasan-kemasan kopi dielus-elus. Difota-foto cekrak cekrek cekrak cekrek. Mulutnya juga nyerocos tanya ini itu ini itu bikin kewalahan penjaga booth.
Hebohnya kopi Indonesia. Begitu pokoknya. Padahal kopi Indonesia datang ke Madrid tidak sendirian. Tidak dalam agenda perform sendiri. Melainkan hanya ikut dibawa dalam rangkaian program pariwisata Indonesia yang dijual di Madrid.
Lah... kopi malah seperti menjadi raja di arena itu. Menjadi magnet bukan main.
(Saya jadi berandai-andai: andainya, hulu-hulu kopi, orang-orangnya - saya sebut acak saja, misal - Bu Rumini, Pak Riadi, Pak Surat dari Malang Selatan, Pak Tukiyo dari Sumawe, Pak Badarudin dari Wonosobo, Pak Mathosen dari Bondowoso, Pak Bambang Sriyono dari Jember, Pak Karim di Ledug Pasuruan, Pak Heri di lereng Bromo, Pak Dedik Rahmadin dari Gayo, dll) sesekali diajak ke Madrid berpameran kopi, wih apa yang terjadi? Boleh jadi Madrid akan jadi viral membahana. Betapa warganya terlihat pada molongo melihat kopi-kopi Indonesia. Melongo massal judulnya. Ngeces, kemecer, mulut komat-kamit membayangkan citarasanya?)
Itu andainya, dan andainya ada keajaiban kalau program itu benar-benar ada. Kalau pun mungkin ada, barangkali hanya kopinya saja yang berangkat. Kopinya saja yang dibawa. Tapi (emm...) orang-orangnya tetap gigit jari di kampung masing-masing. Padahal, kalau mereka yang menanam ini bisa berangkat, Indonesia pasti makin harum kopi oleh mereka. Melototnya matahari pasti juga akan kalah sama melototnya orang sak Madrid melihat petani-petani kopi pantang menyerah ini.
Jadi begini cerita kopi di Madrid: Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, beserta rombongan hadir di event Feria Internacional de Turismo (FITUR). Even ini berlangsung di Madrid, Spanyol, 23-27 Januari 2019.
Booth pariwisata Indonesia diberi nama Pavillion Wonderful Indonesia (WI). Seperti biasa, booth berdesain pinisi. Kapal legenda nusantara-Indonesia. Pinisi adalah cermin kehebatan bahari Indonesia. Kehebatan kapal ini sangat melegenda.
“Pinisi demikian mendunia. Wonderful Indonesia bahkan menggunakannya sebagai ikon dalam setiap pameran di luar negeri. Meski terbuat dari kayu, kapal ini sangat eksotis dan kuat," kata Menpar Arief Yahya didampingi Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol, Hermono, Kamis 24 November.
Desain pinisi selalu menarik perhatian warga dunia di tiap pameran yang diikuti tim Indonesia. Tak jarang desain pinisi juga meraih penghargaan sebagai desain terbaik. Pinisi Indonesia juga kerap dijadikan background foto pengunjung karena memang sangat instagramable.
Di tengah pinisi yang sangat instagramable itu, kata Menpar Arief Yahya, ada juga promosi kopi Indonesia dan masakan Nusantara. Nah, dibagian Kopi Indonesia begitu luar biasanya disorot media-media televisi Spanyol. Sorotan media itu berbanding lurus dengan fakta di lapangan bahwa booth kopi memang paling banyak dikunjungi.
Menpar mengungkapkan, Indonesia memang selalu diminta menghadirkan stand kopi dalam acara pameran-pameran besar. Seperti di Madrid ini.
"Saya berada di salah satu sudut kopi Wonderful Indonesia di arena FITUR Madrid, kopi kita paling banyak diburu pengunjung di pameran ini. Ini sangat membanggakan ," ujar Menpar Arief Yahya.
Selain kopi, minuman tradisional Indonesia juga happening di FITUR Madrid. Ada Bir Mataram, Wedang Sereh, Wedang Secang, Jahe, Kencur, dan banyak lagi.
Selain makanan dan minuman khas Indonesia, tak ketinggalan stand Henna yang menjadi pusat perhatian pengunjung FITUR hingga ratusan orang. Henna adalah nama tumbuhan tertua yang digunakan sebagai kosmetik. Henna merupakan bahan untuk Mehndi, sebuah seni untuk menghias tubuh.
Sekali kena Kopi Indonesia, kena aromanya, sekali kena citarasanya, sekali berhasil menyeruputnya akan terkenang selama hayat di kandung badan.
Yang paling heboh selain kopi: ternyata musik dangdut. Musik khas Indonesia itu. Musik Dangdut modern cukup membahana dilantunkan di Pavillion WI. Menjadi magnit tersendiri buat pengunjung, malah ada yang ikutan joged poco-poco heboh itu.
Setelah poco-poco, capek, keringetan, lalu ngopi. Sembari ngopi duduk di restoran Sabor. Sebuah resto Indonesia yang ada di Madrid. Restoran ini sudah di-branding Wonderful Indonesia.
Salah satu chef restoran Sabor mengatakan kepada Menpar Arief Yahya, setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu restoran ini selalu penuh konsumen masyarakat Madrid.
"Yang paling dicari sambel dan lombok pedas. Untuk makanan yang menjadi favorit ada sate, soto, gado-gado, nasi goreng dan rendang. Kerupuk juga menjadi makanan kesukaan," ujarnya.
FITUR Madrid 2019 merupakan pameran industri pariwisata terbesar ketiga dunia. Setelah ITB Berlin dan WTM London. Pada 2015, FITUR Madrid dikunjungi 222.551 orang dengan 9.419 exhibitors, 2016 dikunjungi 231.872 orang dengan 9.605 exhibitors, 2017 dikunjungi 244.972 orang dengan 9.893 exhausted, dan 2018 dikunjungi 250.980 orang dengan 10.190 exhibitors.
Kali ini Kemenpar memboyong 18 seller dari kalangan travel agent, tour operator, hotel dan akomodasi, serta BUMN pariwisata. Pada 2016, Kemenpar membawa 11 industri berhasil menjual 1.108 pax menghasilkan devisa Rp 159 miliar.
Pada 2017, yang diboyong 18 industri berhasil menjual 823 pax mendatangkan devisa Rp 242 miliar. Di 2018, membawa 18 industri berhasil menjual 969 pax mendatangkan devisa Rp 202 miliar. Sedangkan di 2019 ini, membawa 18 industri, diperkirakan terjual 1.133 pax dengan devisa Rp 236 miliar.
Kopi? Bagaimana dengan kopi? Ah kopi Indonesia pasti selalu ada di hati para warga Madrid. Andainya warkop-warkop di Indonesia bisa diekspor ke Madrid, di negeri Matador itu, pasti mereka akan selalu nongkrong di warkop seharian, lalu mainan wifi gratisan. Hahahahaha. (widikamidi)
Advertisement