Kopi Indonesia (Belum) Merdeka
Merdeka. Hari ini Merdeka dimana-mana. Bukan jalan Merdeka yang di setiap kota di Indonesia ada lho ya, melainkan Merdeka yang diperingati khusus untuk Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-72.
Merdeka, kini, begitu luas dimaknai. Bahkan sebebasnya. Tidak percaya? Coba tanya siapa saja di sekeliling Anda, sampeyan dan panjenengan. Seperti apa jawab mereka.
Pasti ada yang menjawab serius, super serius, selengekan, sak karepe dewe, bahkan sampai ada yang tidak bermutu. Kenapa demikian? Pasti karena pengalaman dan sudut pandang berikut bahan "bacaan".
Lalu kopi, kopi pun bisa dibawa di ranah merdeka. Sudah merdeka kah kopi? Dari sudut pandang perkebunan jawabnya adalah sudah. Riilnya, tidak ada avdeling milik asing di negeri ini. Ada sih avdeling tapi sudah pasti itu tercakup dalam hukum nasionalisasi.
Dari sudut pandang peminum kopi, merdeka sudah pasti. Mereka merdeka memilih kopinya sendiri. Mereka tuan nan merdeka dalam menentukan citarasa kopi yang diinginkan. Siapa pun, dari golongan apapun, tidak lagi bisa disuruh/diperintah minum kopi ini dan itu di luar seleranya.
Benarkah? Belum tentu! Jangan lupa, kita ini hidup di negeri kecuali. Misal, kecuali petugas dilarang masuk, dilarang parkir kecuali mobil dinas, dilarang melintas kecuali hari minggu/libur, dilarang ngopi sembarangan kecuali coffee break di seminar.
Di seminar, mustahil Anda, sampeyan, panjenengan bisa milih kopi. Milih citarasa kopi. Apalagi milih biji kopi. Di rapat RT cobalah minta pilihan kopi, niscaya istri pak RT langsung mak sledot mlerok dengan citarasa benci. Kecuali Anda berada di seminar kelas eksklusif, atau di rapat RT yang dihadiri Presiden, barulah Anda bisa meminta kopi sesuai naluri.
Merdeka. Kopi sudah merdeka? Rasanya baru kemarin (meminjam istilah dalam puisi Kemerdekaan Gus Mus), kopi masih banyak diolah dengan gaya bebas. Gaya bebas itu identik dengan gaya sak karepe dewe. Kopi semue gue. Kopi dicampur jangung, campuran beras, campuran karak, campuran biji salak, hingga campur mawur obat yang punya kandungan kafein dan zat yang bikin strong stamina.
Nah, kopi apakah sudah merdeka? Rasanya masih seperti kemarin, kopi masih dijajah. Dijajah pemikiran. Dijajah pemburu untung. Apakah penjual kopi di level ritel tidak boleh untung? Ya tentu boleh dong, tapi ya tidak membabi buta seperti itu. Sebenarnya yang penting adalah kesadaran, menyuguhkan kopi sehat agar peminumnya/pecintanya juga awet sehat dengan kopi. Merdeka! Yes, Merdekaaaa. widikamidi.
Advertisement