Kopi Emak Kopi Paling Enak, Gak Kangen Emakmu ta...
Ada kawan melempar cerita. Ceritanya sungguh asik. Cerita yang melenakan. Cerita yang mengundang decak. Cerita yang berbumbu manis, tanpa micin, tanpa penyedap rasa aneh-aneh. Karena ceritanya memang asik.
Si kawan punya teman, dan si teman ini yang sesungguhnya punya cerita. Apa sih ceritanya? Sabar dulu, biar dia bernafas lalu dia pasti dengan enteng akan memperdengarkan ceritanya.
Eh iya, sebentar, biar dia ngopi dulu. Barang se-sruput dua sruput. Kopi suguhannya kategori kopi enak. Tidak pahit, tidak manis. Pas. Seperti, mungkin juga nyaris, kayak kopi bikininan Emak.
"Tapi sih, ini masih dua setrip enaknya di bawah kopi bikinan emak saya. Suerrr. Tenan. Kapan-kapan tak ajak ngopi bikinan Emakku," kata dia, Damarhuda, mantan Pemimpin Redaksi Tabloid paling fenomenal di Indonesia, X-FILE.
:begini cerita. Loh cerita siapa? Ya cerita Damarhuda-lah. Masak cerita Jaelani. Jaelani mah sedang sibuk, sibuk memasang pasang poster dan stiker Gus Ipul yang sedang masa kampanye Paslon Gubernur Jatim.
Eh iya, nomer berapa sih Gus Ipul dan Mbak itu? Nomer dua. Jari II begini atau angka 2, heleh podo ae cerewet amat sih. (Wis wis... iki arep ngopi ta arep ngrumpi!)
Damarhuda pun berkisah. Berkisahnya seperti ini: soal kopi, itu luar biasa. Lagi berdengung seperti ribuan tawon sedang terbang.
Soal Emak, lebih super mantap luar biasanya. Setiap saat berdengung juga, berdengung membahana di dalam dada. Sebuah ruh yang selalu menggelora di dalam dada.
Emak memang legenda kalau sudah membuat kopi. Jagoan tanpa harus kursus Barista. Otodidak anugerah yang Kuasa.
Lebih dari itu sejatinya, kata Damarhuda. Emak menjadi ingatan kolektif yang luar biasa manakala si anak mencoba pergi jauh dari "sarang".
Penyanyi dangdut top asal Jawa Timur, Sodiq Rifa'i, membuktikannya. Mestinya Anda kenal dengan penyanyi satu ini kan? Tampilannya yang nyentrik pasti mudah untuk diingat.
Sodiq Rifa'i lebih dikenal dengan nama populer Sodiq Monata. Namanya sudah sangat beken, Sodik Monata sudah dikenal sebagai penyanyi dangdut Indonesia.
Dalam sebuah konser musik di Malaysia, Sodiq Monata satu panggung dengan grup legendaris rock Indonesia, Slank. Grup rock papan atas: ada Bimbim, ada Kaka, ada Abdi, dan ada lainnya.
Dalam konser itu, Slank tampak cemberut. Bisa dibilang tidak enak hati. Bayangkan dia sepanggung dengan pedangdut dan musik dangdut. Apaan sih... ada-ada saja panitia di Malaysia ini. Kagak ngrocker blasss. (Kira-kira begitu menggerutunya).
Sodiq Monata pun suantai. Tulus-tulus saja dia melihat ketegangan itu. Yang penting dia nyanyi, menghibur, tidak menyalahi kontrak, pulang bawa bayaran, selesai. Kalau Slank cemberut, itu mah urusan dia.
Konser pun berlangsung. Slank giliran pertama. Slank pun disambut tepuk tangan meriah. Audience ikut menyanyikan lagu-lagunya. Lalu giliran Sodiq Monata naik panggung. Dia pun menyapa spontan audience yang 99 persen TKI Indonesia itu, "Hoeee, koen gak kangen Emakmu nang ndeso ta...?"
Panggung pun langsung horek. Bergetar seperti gempa. Teriakan membahana kangen emak menyeruak dari arah sebaliknya panggung. "Emak, emak, emak, emak!" Kemudian konser berlangsung dengan joget meriah sulit diceritakan suasananya dengan kata-kata.
Usai konser, Bimbim Slank mencari Sodiq Monata di belakang panggung. Bersalaman, berpelukan sebentar, seraya bilang: Gue kagum ama elu!
Emakkkkk, ini semua gara-gara Emak. Kopimu huenak Makkkk. (*)