Kopi Baik, Mobile Café ala Gung Kriss di Bali
Sepeda, gowes, dan kopi. Hal yang tidak bisa dipisahkan. Gowes pakai sepeda mencari kopi. Biasanya itu yang dilakoni para cyclist. Kemana pun tujuan gowes, ujungnya pasti cari warung kopi atau kafe.
Kenapa tidak digabungkan saja semua. Itu yang ada dalam benak I Gusti Agung Oka Krisna Jaya. Cyclist asal Denpasar, Bali ini sudah gowes sejak 2010. “Saat itu masih menggunakan sepeda lipat. Lantas, mulai serius di tahun 2012 menggunakan sepeda Federal Streetcat,” tutur Gung Kriss, sapaan akrabnya.
Apalagi sejak SMA, dirinya sudah mencintai kopi, membuat Gung Kriss paham segala jenis kopi dan cara menyeduhnya. “Biasanya jika gowes, saya bawa alat seduh sendiri. Jadi saat berhenti saya menyeduh kopi,” tuturnya bangga.
Alhasil, sejak dua bulan silam, Gung Kriss merombak Federalnya jadi mobile café bernama Kopi Bike (baca: baik). “Pikiran ini muncul sejak pandemi banyak waktu di rumah karena work from home,” tutur karyawan sebuah hotel di kawasan Kuta ini.
Dibantu dengan kakak yang paham pertukangan, Gung Kriss membuat rak dan kotak dari bahan kayu. Sengaja dipilih bahan kayu karena nuansa natural bisa menambah nilai eksotisme.
Bagian depan diberi kotak untuk membawa alat-alat. Bagian tengah menjadi “meja kerja” Gung Kriss ketika menjadi barista menyeduh kopi. Sedangkan belakang ada meja untuk galon air dan kompor portable. Kreatif!
“Agar dudukannya bisa kuat, Saya beli bike rack di toko sepeda untuk dipasang di atas roda depan dan belakang,” celoteh pria yang gowes 11 km setiap hari saat B2W ini.
Untuk harga, kopi nikmat hasil seduhan Gung Kriss ini tidak mahal. Semuanya cukup 10 ribu rupiah saja. Mulai dari kopi tubruk, Turikish, V60, atau vietnam drip. Atau bisa juga dibuat kopi susu.
“Mau pakai biji kopi arabika Kintamani atau wanagiri. Bisa juga pake Robusta Pupuan atau Wanagiri. Tergantung selera,” tukas pria yang biasa mangkal di alan Gunung Batukaru, Denpasar. Tepatnya di sebelah pura dalem Kahyangan Badung.
Gung Kriss sangat gembira karena bisa menyalurkan dua hobinya sekaligus. Bersepeda dan ngopi. Apalagi dengan membuka mobile café ini, dirinya kian banyak teman.
“Banyak pelanggan yang baik dan mereka datang dengan sepeda. jadi kita bisa nyambung ngobrolnya soal sepeda dan kopi,” ujar suami Pranawati ini.
Warga kawasan Gunung Resimuka, Denpasar ini sedang hunting tempat baru. “Biar saya masih bisa melayani cyclist yang ingin ngopi di saat hujan,” tuturnya.
Selain itu, Gung Kriss juga sedang riset membuat menu baru. Bila selama ini yang disajikan selalu kopi panas, tak lama lagi akan ada menu kopi dingin.
Memang nikmatnya kopi bisa dirasakan ketika diminum sedikit demi sedikit sambil ngobrol soal sepeda dan duduk lesehan beralas terpal di bawah pohon rindang. Nikmatnya! (yudy hananta)