Kontraktor Plat Merah Waskita Karya Rugi Rp7,3 Triliun pada 2020
Emiten BUMN kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) mencatatkan penurunan kinerja signifikan pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan perseroan, emiten dengan kode saham WSKT ini membukukan pendapatan senilai Rp16,19 triliun di sepanjang 2020. Realisasi itu anjlok 48,37 persen dibandingkan pendapatan usaha pada 2019 senilai Rp31,38 triliun akibat operasional bisnis perseroan terkena dampak pandemi Covid-19.
Beban pokok pendapatan pada 2020 mencapai Rp18,17 triliun, lebih rendah dibandingkan Rp25,78 triliun pada 2019. WSKT pun membukukan rugi bruto Rp1,97 triliun, berbalik dari laba bruto sebelumnya Rp5,6 triliun.
Waskita pun mencatatkan rugi bersih Rp7,38 triliun pada 2020. Nilai itu berbalik dari laba bersih senilai Rp938,14 miliar pada 2019. Rugi per saham mencapai Rp543,58 dibandingkan sebelumnya laba per saham Rp69,11.
Total ekuitas pada tahun lalu sejumlah Rp16,57 triliun, turun dari sebelumnya Rp29,12 triliun. Liabilitas juga berkurang menuju Rp89,01 triliun dari Rp93,47 triliun pada 2019. Total aset WSKT pada 2020 pun mencapai Rp105,58 triliun, turun dari Rp122,59 triliun pada 2019.
Presiden Direktur Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan bahwa manajemen Waskita akan fokus pada pemulihan kinerja pasca pandemi tahun ini.
“Di tahun ini [2021] kami akan fokus pada upaya-upaya dan strategi untuk memastikan turnaround kinerja operasional dan kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan dalam keterangan resmi, seperti dikutip dari Bisnis.com.
Adapun, program vaksinasi Covid-19 yang dijalankan pemerintah sejak awal tahun ini disebut bakal kembali menggairahkan aktivitas ekonomi. Seiring dengan hal itu, WSKT pun menyiapkan strategi agar kinerja kembali optimal.
Destiawan menunjukkan strategi utama yang akan diterapkan oleh perseroan a.l. transformasi bisnis, restrukturisasi keuangan, serta divestasi saham jalan tol.
Transformasi bisnis WSKT akan dilakukan secara komprehensif di berbagai aspek seperti pemasaran operasional, investasi, dan keuangan.
Perseroan pun akan berkomitmen menyeimbangkan portofolio kontrak baru. Melihat lima tahun terakhir, WSKT sangat bergantung dengan proyek pengembangan bisnis atau investasi yang pendanaannya berasal dari utang dengan beban bunga komersial.
Kedepan, Waskita berupaya mendapatkan lebih banyak proyek yang berasal dari pasar eksternal seperti BUMN, pemerintah, dan swasta termasuk luar negeri,” imbuh Destiawan.
Dengan proyek eksternal tersebut, diharapkan arus kas perseroan bisa jauh lebih baik didorong skema pembayaran berbasis progress dan adanya down payment dari pemilik proyek.
Pada 2021, WSKT menargetkan nilai kontrak baru senilai Rp26 triliun yang mana 80 persen ditargetkan berasal dari pasar eksternal dan hanya 20 persen dari proyek investasi.
Sementara bentuk transformasi digital yang diterapkan WSKT dilakukan melalui digital twin yang terintegrasi antara teknologi building information modeling (BIM) dan sistem informasi geospasial (GIS).