Kontra Radikalisme, Kemenag Kemahkan Pegiat Rohani Islam
Sebanyak 1200 pegiat Kerohanian Islam (Rohis) SMA/SMK dari 34 provinsi di Indonesia dikumpulkan di Bumi Perkemahan Juru Sebrang, kabupaten Belitung. Mereka bertemu dalam acara Perkemahan Rohis ke-3 Tahun 2018 yang diikuti oleh 1123 peserta dari 621 SMS/SMK dari 298 Kabupaten Kota yang digelar pada 5-10 November 2018.
Acara yang mengambil tema "Membentuk Genersi Islam Yang Literat dan Moderat" ini merupakan bagian dari gerakan moderasi Islam di sekolah-sekolah, yang diprakarsai oleh Kementerian Agama RI.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, yang membuka acara ini mengungkapkan, generasi Islam milenial sekarang ini adalah generasi Z yang akrab dengan dunia internet dan menyatu dengan arus informasi yang bebas. Untuk itu mereka menghadapi tantangan yang lebih berat daripada generasi terdahulu. Oleh karena itu mereka rawan terkena 'pelet' radikalisme.
"Maka kegiatan perkemahan Rohis ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran untuk berislam secara benar dan menjaga NKRI" katanya pada saat membuka perkemahan ini, Selasa 6 November 2018.
"Kegiatan Rohis selama ini dicurigai sebagai pintu masuk radikalisme yang menyebar melalui kegiatan-kegiatan pengajan sekolah. Untuk itu Menag meminta generasi muda lebih waspada terhadap informasi yang beredar melalui gawai, karena hoax merupakan salah satu alat penyebaran radikalisme yang berimplikasi disintegrasi bangsa."
Dirjen Pendidikan islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, kegiatan ini diharapkan dapat mengembalikan pegiat Rohis sebagai suri tauladan bagi pegiat agama Islam yang memiliki integritas dan kekokohan akhlak.
Bila pemahaman agama di era milenial dapat tersampaikan dengan baik pada event semacam ini, maka pegiat Rohis dapat menjadi agen moderasi agama yang penting posisinya dalam ber-NKRI.
"Perkemahan adalah format yang dipilih karena ide dasarnya adalah silaturahmi dan tukar pengalaman dalam pengelolaan kegiatan Rohis yang produktif di sekolah-sekolah," kata Kamaruddin.
Setelah acara ini pihaknya berharap para peserta memperteguh komitmen aksi pada dua perkemahan pada tahun-tahun sebelumnya yang menyatakan keprihatinan terhadap fenomena radikalisme. "Saat ini waktunya beraksi, langkah kongkrit harus diambil," katanya.
Perkemahan Rohis ini bukan perkemahan biasa, tetapi mengandung misi strategis menyalurkan ide-ide moderasi Islam ke kalangan pegiat Rohis di sekolah-sekolah.
Selama ini kegiatan kerohanian Islam di sekolah dicurigai sebagai tempat interaksi para penyebar ide radikal dengan para simpatisan kegiatan Islam.
Kegiatan Rohis selama ini dicurigai sebagai pintu masuk radikalisme yang menyebar melalui kegiatan-kegiatan pengajan sekolah. Untuk itu Menag meminta generasi muda lebih waspada terhadap informasi yang beredar melalui gawai, karena hoax merupakan salah satu alat penyebaran radikalisme yang berimplikasi disintegrasi bangsa. (adi)