Konsorsium Peduli Pesantren
Ternyata ada konsorsium peduli pesantren. Isinya para pengusaha kelas kakap. Mereka yang sudah berkelebihan dengan hidupnya. Hasil dari usahanya di Indonesia.
Saya tidak akan mengungkap dulu jati diri mereka. Tapi semuanya masuk kategori 1 persen orang-orang paling berpunya di Indonesia. Sebagian dari mereka ada yang sudah blusukan ke pesantren. Ada juga yang tak pernah tahu bentuknya.
Oh ya. Diantara mereka ada yang dari Surabaya. Salah satu pengusaha terbesar. Yang bosnya tidak pernah suka masuk koran. Tidak terkenal. Tapi bisnisnya menguasai berbagai lini. Produk dan brand perusahaannya melegenda.
Konsorsium ini bertemu setiap Selasa. Mereka mengevaluasi dan merancang berbagai kegiatan yang mereka kembangkan. Mulai bidang pendidikan sampai dengan pengembangan ekonomi keummatan.
Banyak yang sudah dikerjakan. Di bidang pendidikan, selain telah mengucurkan beasiswa untuk para santri, mereka juga melatih para guru di pondok pesantren. Pelatihan metode belajar-mengajar modern. Bukan untuk klas ngaji kitab. Tapi untuk pendidikan umum di pesantren.
Dalam hal pemberdayaan ekonomi, sudah dilakukan pelatihan untuk memproduksi roti bagi warga pesantren. Bukan membuat roti sekadar untuk dimakan sendiri. Tapi roti yang dibikin untuk dijual kembali. Jadi belajar membuat perusahaan roti.
Masih banyak program yang disiapkan. Baik secara sendiri-sendiri oleh masing-masing perusahaan yang tergabung, maupun dilakukan oleh konsorsium. Namun, meski dilakukan sendiri kegiatan tersebut sudah terkoordinasi. Dengan visi sama dan tujuan sama.
Mengapa pesantren? Mereka melihat lembaga pendidikan ini sebagai sebagai sesuatu yang unik. Sebagai lembaga yang bisa menjaga pilar bangsa. Sebagai tempat mendidik manusia yang membangun keberagamaan sekaligus keberagaman. Lembaga internalisasi nilai-nilai yang bermakna bagi negeri ini.
Membangun bisnis memang bukan hanya mengekar laba. Mereka harus berpikir untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya. Dan itu hanya bisa diwujudkan lewat kemitraan yang saling mengangkat dan menguntungkan. Bagi yang bawah, pendidikan adalah jalur logis menggapai mobilitas vertikal.
Hanya dengan pendidikan, kemajuan bisa digapai. Melalui pendidikan, perbaikan nasib seseorang bisa dilakukan. Dengan pendidikan, sebuah peradaban bangsa sangat mungkin dikokohkan. Dan lewat pendidikan sebuah tatanan sosial yang harmoni dan beradap bisa diciptakan.
Bagi pebisnis setiap kemajuan bangsa seiring dengan kemajuan usahanya. Dengan demikian, keterlibatan mereka di luar kewajiban formal yang melekat dalam dunia bisnisnya menjadi sebuah keniscayaan. Selain sebagai tanggungjawab moral juga sebagai bagian upaya menjaga keberlanjutan usahanya.
Jika konsorsium ini berjalan sesuai dengan peta biru yang dirumuskan, akan lahir makin banyak orang pinter dan wirausahwan dari pesantren. Dari kalangan santri yang sudah terbukti selalu di garda depan dalam menjaga negeri ini.
Saya makin optimistis dengan masa depan Indonesia. Juga masa depan kaum santri. (Arif Afandi)
Advertisement