Konsorsium Ilmuwan Indonesia-Inggris Terbentuk, Ini Realitanya
Menristek RI / Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro mengatakan, menyambut baik peluncuran UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS). Hal itu, bentuk kemajuan kedekatan kerja sama kedua negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), inovasi, serta kolaborasi riset global.
"Indonesia ingin berkembang dari resource driven economy menuju ke innovation driven economy untuk keluar dari middle income trap.
"Indonesia juga tengah mendorong downstreaming output riset atau inovasi nasional menuju komersialisasi yang memerlukan kolaborasi antara sisi akademik dengan sisi industri dan pasar," tuturnya, dalam keterangan Sabtu 22 Agustus 2020.
Hal itu diungkapkannya, saat menyambut peluncuran UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) di London, Inggris, Jumat 21 Agustus 2020. Kerjasama Kedutaan Besar RI (KBRI) London dan Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, IPB, ITB, dan UGM.
UKICIS bertujuan untuk mempererat kerja sama antar universitas kedua negara dalam menghadapi tantangan global secara konkret, melalui community engagement dan hilirisasi hasil inovasi.
UKICIS juga bertujuan untuk mendorong kerja sama bilateral yang dituangkan dalam MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris yang ditandatangani pada 5 Agustus 2020.
Untuk itu, Menristek RI ingin agar UKICIS dapat mengembangkan dan melibatkan stakeholders lebih luas.
“Saya mengharapkan UKICIS dapat memfasilitasi kerja sama antar institusi riset kedua negara secara lebih luas dan mendorong ilmuwan Indonesia belajar banyak dari expertise serta sistem pendidikan dan sistem industri di Inggris,” ujar Menristek yang bergabung secara daring dari Indonesia.
Sambutan positif juga disampaikan Menteri Iptek, Riset dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway, MP, yang menyatakan peluncuran UKICIS ini merupakan salah satu capaian hubungan bilateral kedua negara, membangun ikatan ekonomi dan budaya yang lebih erat.
Ia sangat berharap UKICIS dapat mendorong riset diantaranya melalui Newton Fund dan memajukan kolaborasi para ilmuawan dalam penanggulangan bencana, pandemik dan bidang-bidang yang menjadi tantangan bersama.
Sementara itu, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London Adam M. Tugio, menyampaikan momentum pembentukan UKICIS sangat tepat. Pertama, sebagai kontrubusi para ilmuwan dalam penanganan dampak disrupsi COVID-19 terhadap aspek ekonomi dan sosial yang memerlukan kerja sama internasional.
Kedua, UKICIS memberikan platform bagi para ilmuwan, perguruan tinggi dan pusat riset untuk meningkatkan kolaborasi, sebagai implementasi MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris. Ketiga, menjembatani akademik dengan implementasi di masyarakat melalui program public outreach.
“Peluncuran UKICIS sekaligus merupakan hadiah dari para diaspora ilmuwan Indonesia bagi Ibu Pertiwi yang sedang merayakan HUT ke-17 Kemerdekaan,” kata Adam dalam sambutan pembukaan acara peluncuran UKICIS, seraya menegaskan pentingnya memperluas partisipasi ilmuwan dan pergururan tinggi yang lebih luas.
Acara yang digelar secara digital melalui zoom dan Youtube KBRI London juga dihadiri oleh Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, Ph.D yang menginginkan UKICIS dapat berkontribusi dalam memajukan kerja sama antar universitas dan menghasilkan kegiatan konkrit dalam melayani publik. Turut hadir DCM Kedubes Inggris Robb Fenn, wakil-wakil Kedubes Inggris, Newton Fund dan British Council.
Para Rektor dan Wakil Rektor dari 6 perguruan tinggi pendiri UKICIS juga hadir dan menyampaikan komitmen untuk melakukan langkah-langkah nyata pasca peluncuran UKICIS. Hadir dalam acara tersebut: Rektor IPB Prof. Arif Satria, Rektor Universitas Warwick Prof. Christine Ennew, Wakil Rektor Universitas Coventry Prof. Guy Daly, Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah dan Wakil Rektor Universitas Nottingham Prof. Robert Mokaya.
Peluncuran UKICIS ini tidak terlepas dari peran para diaspora ilmuwan Indonesia yang secara aktif berkontribusi dalam diplomasi, Mereka adalah DR. Bagus Muljadi (Universitas Nottingham), DR. Berry Juliandi (IPB), DR. Irwanda Laory (Universitas Warwick), Made Andi Arsana, Ph.D (UGM), Prof. Benny Tjahyono (Universitas Coventry) dan DR. Rino Mukti (ITB).
UKICIS mengambil logo yang terinspirasi oleh bunga Rafflesia Arnoldi. Maknanya adalah sebagai rasa kepemilikan bersama antar sesama warga Indonesia, berkontribusi kembali kepada komunitas dan Ibu Pertiwi.