KONI Jatim Resmi Hentikan Puslatda Untuk 10 Cabor
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur secara resmi menghentikan program Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) sepuluh cabang olahraga yang tidak ditandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020 di Papua.
Kesepuluh cabor antara lain tenis meja, balap sepeda, petanque, dansa, woodball, gateball, golf, bridge, soft tenis, dan ski air.
Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung mengatakan, penghentian program puslatda itu dilakukan karena sudah tidak berorientasi ke PON.
"Per 31 Oktober kemarin Puslatda untuk sepuluh cabor ini resmi kami hentikan. Karena ketika tidak ada tujuan prestasi, maka tidak bisa dianggarkan secara rutin seperti halnya Puslatda," katanya saat ditemui di Gedung KONI Jatim, Surabaya, Selasa 5 November 2019.
Meski tak lagi menggelar Puslatda, Erlangga memastikan bahwa pembinaan 10 cabor itu tetap berjalan. Hanya saja, dana yang diberikan oleh KONI Jatim sifatnya berupa bantuan untuk mengikuti kejuaraan.
“Misalnya 10 cabor ini mau turun di event tertentu, kami siap membantu. Misal mereka butuh alat, kami siap bantu. Tetapi tidak ada uang saku untuk atlet seperti yang dulu didapatkan setiap bulan,” kata Erlangga.
Namun, Erlangga belum mengetahui format pemberian bantuan karena satu cabor memiliki jumlah atlet yang begitu banyak. Karena itu, ia membuka kemungkinan akan memfasilitasi atlet yang minim meraih medali perunggu di ajang nasional.
Walau begitu, ia meminta agar sementara ini para pembina cabor tidak langsung membubarkan tim karena Menpora dan KONI Pusat tengah memperjuangkan nasib 10 cabor ini agar bisa dipertandingkan di tempat terpisah.
Sementara itu, pelatih kepala balap sepeda Jatim, Sugeng Tri Hartono mengatakan bahwa timnya tetap mempertahankan timnya sampai ada kejelasan dari Kemenpora dan PB PON terkait nomor pertandingan.
"Sampai hari ini hingga dua bulan ke depan kita masih berlatih bersama di Malang. Bagaimana caranya untuk proses berlatih dan makan atlet, kita upayakan bisa ngawasi anak-anak, dan anak-anak dari luar kita fasilitasi di Velodrome. Apalagi anak-anak yang sudah Pra-PON ini kita awasi terus," kata pria yang akrab disapa Tono itu.
Menurutnya, pembinaan ini tidak boleh berhenti karena akan menghentikan generasi di PON selanjutnya. Sebab, biasanya penetapan nomor PON dilakukan 1,5 tahun sebelum pelaksanaan. Dengan penghapusan ini, maka proses pembinaan di Puslatda akan berhenti sekitar 3 tahun lebih.
Terkait langkah KONI Jatim memberi dana bantuan, Tono mengaku senang karena meski sudah tidak di puslatda tapi timnya masih mendapat perhatian yang menjadi motivasi bagi atlet untuk berlatih.