Konflik Suriah, Bukan Sunni versus Syiah. Ini Pesan Gus Mamak
Konflik Suriah tak kunjung berakhir hingga kini. Ketegangan di kawasan penting Timur Tengah itu, menjadi perhatian dunia. Bagi masyarakat Indonesia, di negeri tersebut, banyak pelajar Indonesia, khususnya kalangan pesantren, yang melanjutkan jenjang pendidikan tingginya dalam ilmu keagamaan Islam.
Di sebagian masyarakat, masih ada anggapan bila konflik kekerasan, praktik radikalisme di Suriah, terjadi antara sekte Sunni versus Syiah. Benarkah demikian?
“Maaf beribu-ribu maaf, kalau masih ada yang menganggap bahwa konflik Suriah adalah konflik Sunni-Syi’ah, berarti dia termasuk orang zaman old,” kata Mohammad Nailur Rochman atau Gus Mamak dari Pasuruan. Gus ini adalah putra Kiai Idris Hamid bin Hamid Pasuruan, Pengasuh Pesantren Bayt al-Hikmah Pasuruan.
“Saya memang hanya 3 tahun di Suriah, tapi saya melihat potret kerukunan yang luar biasa diantara umat antarmadzhab, antarsekte bahkan antar agama. Kerukunan seperti ini sudah berlangsung ratusan tahun. Orang Suriah itu bukan orang yang suka kaget dengan perbedaan,” tutur santri yang mengenyam pendidikan di bawah asuhan Syaikh Ramadhan Al-Buthi ini.
“Maaf beribu-ribu maaf, kalau masih ada yang menganggap bahwa konflik Suriah adalah konflik Sunni-Syi’ah, berarti dia termasuk orang zaman old,” kata Mohammad Nailur Rochman.
Sekadar informasi, menurutnya, Damaskus tercatat dalam sejarah sebagai salah satu kota yang tertua di dunia. Mereka sudah kenyang ngurusi perbedaan, kenyang hidup dalam perbedaan, kenyang hidup dalam keberagaman.
“Jadi kalau dikatakan konflik ini adalah konflik Sunni-Syi’ah, kenapa tidak dari dulu-dulu??!,” kata Gus Mamak, panggilan akrabny, penuh tanya.
Isu Geopolitik Timteng harus dipelajari, menurutnya, agar kita mampu memisahkan mana urusan agama dan mana urusan politik yang mengatasnamakan agama.
“Jangan terburu-buru menuduh orang yang membela Suriah itu Syi’ah. Apakah pemerintah tidak punya hak utk mempertahankan negaranya sendiri?”
Gus Mamak kemudian mengibaratkan diri kita dengan rumah kita, dalam memberikan pemahaman yang mudah soal konflik di Suriah.
“Kalau rumahmu diobrak-abrik sama orang lain, meski dengan tuduhan bahwa kamu melakukan kesalahan di rumahmu sendiri (sekali lagi, di rumahmu sendiri), apakah kamu juga akan tinggal diam? Perjuangan membela negara itu namanya mempertahankan kedaulatan negara,” tuturnya.
“Beberapa waktu lalu, saya bersama para Ulama yang masih bertahan di dalam Suriah, sampai sekarang mereka masih bertahan di Damaskus dan Alhamdulillah semuanya sehat. Semoga selalu kuat dan sehat,” kata Gus Mamak, menambahkan.
“Makanya ngaji politik dulu biar bisa faham,” pesan Gus Mamak, menyudahi. (adi)